Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada bulan Mei 2025 tumbuh lebih rendah bila dibandingkan bulan sebelumnya.
Bank Indonesia (BI) melaporkan, posisi M2 pada Mei 2025 tercatat sebesar Rp 9.406,6 triliun atau tumbuh 4,9% year on year (yoy). Meski demikian, pertumbuhan uang beredar ini lebih rendah bila dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,2% yoy.
Global Markets Economist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto mengatakan, melambatnya pertumbuhan uang beredar tersebut berarti ini menjadi sinyal bahwa peputaran uang untuk mendukung aktivitas ekonomi cenderung melambat.
“Dan tentunya ini juga menggambarkan kalau aktivitas ekonomi kita juga pada periode bulan Mei juga menurun,” tutur Myrdal kepada Kontan, Senin (23/6).
Meski demikian, Myrdal menyebut, perputaran uang beredar pada Juni 2025 ini pertumbuhannya akan meningkat, baik secara tahunan atau bulanan sejalan dengan libur sekolah dan juga adanya gaji ke-13, meski kenaikannya cukup tipis.
Baca Juga: BI Mencatat Uang Primer Pada Mei 2025 Tumbuh 14,5% Menjadi Rp 1.939,1 Triliun
Dengan kondisi tersebut, Myrdal menyebut, kontribusi pemerintah sangat krusial untuk mendorong aktivitas ekonomi dan meningkatkan perputaran uang di dalam negeri. Sebab jika melihat kondisi global saat ini, situasinya penuh ketidakpastian dan tidak bisa sepenuhnya diandalkan.
“Karena itu, mau tidak mau kita harus kembali pada konsep ekonomi ‘keynesian’, di mana peran aktif pemerintah menjadi kunci dalam menopang perekonomian domestik,” jelasnya.
Diantaranya, pemerintah dinilai perlu memperkuat intervensi melalui belanja dan program pembangunan yang memiliki efek pengganda (multiplier effect) terhadap perekonomian nasional.
Dalam kesempatan berbeda, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebut, pertumbuhan M2 Mei 2025 ini terutama didukung oleh pertumbuhan kredit perbankan yang meningkat sebesar 8,1% yoy, serta kenaikan tagihan bersih kepada pemerintah pusat (Pempus) sebesar 21% yoy.
“Artinya, kenaikan uang beredar lebih banyak disebabkan oleh faktor ekspansi kredit dan stimulus fiskal daripada semata-mata konsumsi masyarakat,” ungkapnya.
Adapun uang beredar dalam arti luas pada Mei 2025 tumbuh sebesar 4,9% yoy menjadi Rp 9.406,6 triliun, naik tipis dibandingkan April 2025 sebesar Rp9.390,0 triliun.
Josua menambahkan, menariknya jumlah uang beredar pada Mei lebih besar dibandingkan April yang secara umum identik dengan masa belanja puncak Ramadan dan Idulfitri. Hal ini terjadi karena peningkatan kredit serta dana pihak ketiga (DPK) pada Mei relatif stabil dan sedikit meningkat setelah normalisasi pasca-periode Idulfitri.
“Kondisi tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh kembali meningkatnya aktivitas ekonomi produktif seperti investasi dan modal kerja, bukan hanya konsumsi rumah tangga semata,” ungkapnya.
Baca Juga: Bank Indonesia Mencatat Uang Beredar pada Mei 2025 Mencapai Rp 9.406,6 Triliun
Lebih lanjut, untuk Juni 2025 dengan adanya libur panjang sekolah, Josua memperkriakan, jumlah uang beredar (M2) kemungkinan akan kembali meningkat.
Hal ini didorong oleh konsumsi masyarakat yang biasanya naik akibat aktivitas rekreasi, pariwisata, serta kebutuhan persiapan sekolah tahun ajaran baru. Konsumsi barang tahan lama, barang budaya dan rekreasi, serta kebutuhan penunjang pendidikan diperkirakan naik, mendorong aktivitas kredit konsumsi dan investasi kecil yang meningkatkan jumlah uang beredar.
“Peningkatan ini juga akan diperkuat oleh aktivitas penarikan tabungan dan pengeluaran dana pihak ketiga secara temporer oleh rumah tangga selama periode liburan tersebut,” kata Josua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News