kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Titik balik bisnis Lippo Group


Selasa, 27 September 2016 / 14:10 WIB
Titik balik bisnis Lippo Group


Reporter: Handoyo, Herlina KD | Editor: Rizki Caturini

Pada saat krisis, aset perusahaan yang dipertahankan beberapa diantaranya adalah sektor properti dan ritel. Beruntung, saat kredit macet mulai terjadi, Lippo mengambil alih aset lahan  milik debiturnya sebagai jaminan atas kredit macet. Lokasinya, satu di Cikarang dan satu di Karawaci, Tangerang. 

Tak disangka, dari lahan inilah yang menjadi titik balik bisnis Lippo Group hingga hari ini. Lahan yang dulu tandus dan gersang kini disulap menjadi area properti dan kota terpadu di bawah bendera PT Lippo Cikarang Tbk dan Lippo Karawaci Tbk. Bisnis properti ini kemudian didukung oleh bisnis di sektor retail, mulai dari Hypermart, Matahari Mall, Lippo Mall, di bisnis media, teknlogi informasi lewat Berita Satu Holding dan First Media, serta bisnis hiburan lewat  jaringan Cinemaxx. 

Di luar itu, Lippo juga mengembangkan bisnis, pendidikan lewat Yayasan Pelita Harapan dan Dian Harapan serta fasilitas kesehatan lewat PT Siloam International Hospitals Tbk. "Bisnis Lippo itu dasarnya adalah services," ungkap Theo.

Menurut Theo, saat krisis tahun 2008, Lippo sudah lebih kuat menghadapinya. Saat krisis tahun 2008, Lippo mengambil kebijakan untuk menghentikan sejenak pembangunan properti dan menjual aset yang tidak menguntungkan. Sekitar lima tahun pasca krisis, bisnis ini kembali hidup. Bahkan, nilai asetnya menjadi berlipat-lipat.  

Mewariskan bisnis sesuai talenta

Dalam bisnis keluarga, regenerasi pengelolaan usaha ke calon penerus menjadi sangat penting. Filosofi seekor burung garuda yang melatih anaknya terbang melayang menjadi inspirasi Mochtar Riady melatih anak-anaknya untuk meneruskan bisnis Lippo Group.

Karenanya, sejak tahun 1991, Mochtar mulai menyerahkan bisnisnya pada putra-putranya. Untuk bisnis di Indonesia, Mochtar menyerahkan ke salah satu putranya, James Riady. 

Tak heran bila kegiatan bisnis Lippo di Indonesia tak bisa lepas dari peran James Riady. Menurut Presiden Direktur Lippo Group Theo L. Sambuaga, sejak tahun 1990-an, James sudah memimpin Bank Lippo. Setelah itu, "Pada 1994 saat Lippo mulai merintis bisnis properti, James juga langsung turun tangan. Intinya bapak dan anak," ungkapnya. Sedangkan Stephen Riady, abang James, lebih banyak mengurus perusahaan Lippo di luar negeri. 

Kini regenerasi bisnis di Lippo Group sudah sampai ke generasi ketiga. Meski menuntun anak cucu untuk melanjutkan tongkat estafet bisnis keluarga, "Pak Mochtar tetap mendidik anak dan cucunya untuk menguasai bisnis sesuai dengan bakat dan talentanya," kata Theo. 

John Riady, misalnya. Putra James Riady ini memiliki talenta di dunia pendidikan. Karenanya, selepas lulus dari Universitas Chicago, John memilih untuk mengembangkan bisnis Lippo di bidang pendidikan, yakni Universitas Pelita Harapan.

Henry Riady, anak kedua James, memiliki minat di bidang media. Karenanya, ia didapuk mengelola Berita Satu Media Holding. Putri James Riady lainnya, yakni Caroline Riady, kini mengurus bisnis Lippo di bidang kesehatan dan menjabat sebagai managing director operations, productivity & effectiveness Siloam Hospitals. Sementara itu, Brian Riady, putra Stephen Riady, kini memimpin jaringan usaha Lippo di bidang hiburan, yakni Cinemaxx.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×