Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi China diprediksi akan mengalami perlambatan hingga tahun 2025. Hal itu dinilai akan berdampak pada menurunnya kinerja ekspor Indonesia.
Ekonom Senior Bright Institute Awalil Rizky melihat pertumbuhan ekonomi China yang diproyeksikan melambat tentu saja akan berpengaruh terhadap permintaan (impor) atas barang Indonesia. Dari sisi Indonesia hal itu artinya kinerja ekspor juga akan terancam menurun.
Namun jika dilihat komoditas ekspor utama Indonesia ke China seperti batubara dan nikel, maka dampaknya mungkin tidak terlampau besar.
Baca Juga: Harga Tembaga Turun ke US$9.090,50 Selasa (10/9), Akibat Data Lemah dari China
"Jika terjadi, hanya bersifat pelemahan laju peningkatan nilai ekspor, kecuali terjadi penurunan harga komoditas," ungkap Awalil kepada Kontan, Jumat (6/12).
Menurut Awlil, tantangan yang berat adalah ketika China harus memperluas pasar ekspor agar tidak terlampau melambat pertumbuhan ekonominya. Pasar Indonesia masih berpotensi untuk diperluas.
"Jika ekspor Indonesia ke China meningkat termasuk yang bersifat illegal, maka defisit perdagangan Indonesia-China akan makin lebar defisitnya," ujarnya.
Dampak lanjutan dari itu adalah menekan produksi barang itu di Indonesia, seperti tekstil dan alas kaki. Dengan begitu akan berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Baca Juga: China Hentikan Ekspor Urea, Peluang Produsen Pupuk Indonesia Isi Ceruk Pasar Global
Awalil juga melihat kemungkinan harga komoditas tahun depan di tengah risiko perlambatan ekonomi China masih bisa bertahan. Tidak akan jatuh, namun kemungkinan melonjaknya juga tidak akan terlampau tinggi.
"Masih volatile seperti dua tahun terakhir di level yang cukup tinggi, kecuali situasi geopolitik amat memburuk," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News