Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. El Nino berdampak pada mundurnya masa tanam. Oleh karenanya pemerintah bakal melakukan akselerasi atau percepatan produksi tanam padi.
Dengan demikian, diharapkan percepatan tanam akan mampu menekan impor beras tahun depan.
"Sekarang pertanaman ini mundur 1 bulan-2 bulan sehingga kami harus melakukan akselerasi tanam, agar tahun depan ini bisa kita menekan impor Insya Allah," kata Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman di Komplek Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (6/11).
Adapun untuk pelaksanaan akselerasi tanam, Kementerian Pertanian menyiapkan tiga langkah. Pertama, percepatan tanam akan dilakukan pada lahan yang beririgasi. Saat ini, terdapat 1 hingga 1,5 juta hektar lahan beririgasi di Indonesia.
"Kalau bahasanya petani adalah tanam culik yaitu selesai panen langsung tanam, itu namanya tanam culik," jelasnya.
Baca Juga: Impor Beras 1,5 Juta Ton akan Masuk Indonesia Pada Awal Tahun Depan
Kemudian, untuk percepatan tanam di masa El Nino, Kementan akan memberikan insentif dalam bentuk bibit kepada petani. Dengan demikian petani dapat segera melakukan tanam di lahan yang sudah dipanen.
Kedua, Kementan akan mencoba meningkatkan planting index atau index pertanaman di daerah rawa mineral. Daerah tersebut saat ini hanya dilakukan satu kali penanaman.
"Kita tingkatkan menjadi dua kali, dan yang tanam dua kali akan ditingkatkan menjadi 3 kali," imbuhnya.
Kemudian, langkah selanjutnya pemerintah akan membangun embung untuk menampung air hujan. Hal tersebut berkaca saat ini sudah mulai masuk musim hujan.
"Jadi kita tampung air itu agar kita gunakan untuk lahan pertanian. Itu arahan presiden, jadi sekali lagi kita akan melakukan akselerasi tanam karena dampak el nino masa tanam ini mundur, berarti tahun depan masa panen puncak itu juga mundur, sehingga kita harus bergerak cepat," jelasnya.
Mengenai percepatan masa tanam, Amran mengatakan, sudah disampaikan kepada seluruh penyuluh pertanian. Ia optimistis akselerasi tanam itu akan efektif meningkatkan produksi beras.
Menurutnya, pada pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya telah mencapai swasembada beras pada 2017, 2019, dan 2020. Pada periode tersebut, Indonesia tidak mengimpor beras medium.
"Hanya saja sekarang ada El Nino, terjadi sekarang ini sehingga itu menekan produksi. Dulu di 2018, produksi itu 34 juta ton, sekarang berada pada posisi 30 juta ton. Sedangkan kebutuhan juga 30 juta ton sehingga antara kebutuhan dengan produksi itu sama. Oleh karena itu, kita impor untuk cadangan di gudang," jelasnya.
Baca Juga: Bapanas: Harga Beras, Jagung dan Gula Berpotensi Terus Alami Kenaikan
Adapun soal ketersediaan beras bagi perpanjangan bantuan pangan tahun depan, Amran mengatakan stok cukup. Percepatan tanam mulai dilakukan, sehingga pada Januari hingga Februari 2024 sudah dapat dilakukan panen.
"Karena semua daerah irigasi kita melakukan percepatan tanam. Yang saya ulangi, percepatan tanam yaitu selesai panen, tanahnya akan langsung ditanam lagi," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News