Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah mengandalkan pasar dalam negeri dalam penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) di tahun depan. Kementerian Keuangan menetapkan, porsi penerbitan SBN domestik mencapai 84% dari total penerbitan SBN secara Bruto.
Untuk kebutuhan pembiayaan tahun depan, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu berencana menerbitkan SBN secara Bruto sebesar Rp 735,52 triliun pada tahun 2020.
Porsi penerbitan SBN rupiah ditargetkan sebesar 77,56%, sedangkan pinjaman dalam negeri 0,4%.
Baca Juga: Tutup defisit APBN 2020, pemerintah tarik utang Rp 735,52 triliun tahun depan
Penerbitan SBN rupiah terbagi menjadi penerbitan Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Nasional (SBSN) dengan porsi masing-masing 74% dan 26%. Sebagian besar dari SBN rupiah akan diterbitkan melalui mekanisme lelang.
“Lelang SUN dan SBSN tahun depan akan dilakukan masing-masing sebanyak 24 kali,” tutur Dirjen DJPPR Luky Alfirman, Senin (16/12).
Sementara, penerbitan melalui mekanisme non-lelang dilakukan lewat private placement atau penerbitan SBN ritel. Luky mengatakan, penerbitan SBN ritel tahun depan nilainya berkisar Rp 40 triliun sampai dengan Rp 60 triliun.
Sementara itu, pemerintah hanya akan menerbitkan SBN Valas dengan porsi sekitar 14%-18% dari total SBN bruto, sedangkan porsi pinjaman luar negeri sekitar 6,5%.
Baca Juga: Utang luar negeri Indonesia naik 11,9% yoy pada Oktober 2019
Luky mengatakan, SBN Valas rencananya masih akan terbit dalam tiga denominasi yaitu dollar Amerika Serikat (USD bond), yen (Samurai bond), dan euro (Euro bond).
“Jadi ada penerbitan USD global bond, USD global sukuk dengan rencana format green bond sebagianya, Samurai bond, dan Euro bond,” tutur dia.
Besarnya porsi penerbitan SBN rupiah tahun depan, menurut Luky, sejalan dengan upaya pemerintah untuk memperdalam pasar keuangan domestik. Pasalnya, kondisi pasar keuangan Indonesia masih tergolong dangkal jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga (peer-countries).
Apalagi, ia juga tak memungkiri, SBN domestik saat ini pun masih cukup besar dipegang oleh investor asing yaitu sekitar 38%. Oleh karena itu, pendalaman pasar SBN domestik melalui perluasan basis investor dalam negeri harus terus dilakukan.
Baca Juga: Kepemilikan asing di SBN mencapai Rp 1.068 triliun
Di samping itu, dominasi SBN rupiah pada pembiayaan utang juga mengantisipasi risiko global yang dinilai Luky masih penuh dengan ketidakpastian dan volatilitas di tahun depan. “Kami ingin optimalisasi potensi di dalam negeri ketika kondisi diliputi ketidakpastian dan volatilitas. Tapi, fleksibilitas pun tetap sangat diperlukan,” ujar Luky.
Maksudnya, Luky menerangkan, pemerintah juga tak menutup kemungkinan untuk menyesuaikan kebijakan penerbitan SBN Valas jika memang kondisi pasar dan perekonomian global dianggap kondusif dan menguntungkan.
Baca Juga: Incar dana kelolaan Rp 250 miliar, KISI Asset Management luncurkan 3 produk sekaligus
“Kita lihat kondisi global. Kita tentunya berharap ada perbaikan cost of fund (biaya). Mudah-mudahan kondisi global kondusif,” tandas Luky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News