Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
Besarnya porsi penerbitan SBN rupiah tahun depan, menurut Luky, sejalan dengan upaya pemerintah untuk memperdalam pasar keuangan domestik. Pasalnya, kondisi pasar keuangan Indonesia masih tergolong dangkal jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga (peer-countries).
Apalagi, ia juga tak memungkiri, SBN domestik saat ini pun masih cukup besar dipegang oleh investor asing yaitu sekitar 38%. Oleh karena itu, pendalaman pasar SBN domestik melalui perluasan basis investor dalam negeri harus terus dilakukan.
Baca Juga: Kepemilikan asing di SBN mencapai Rp 1.068 triliun
Di samping itu, dominasi SBN rupiah pada pembiayaan utang juga mengantisipasi risiko global yang dinilai Luky masih penuh dengan ketidakpastian dan volatilitas di tahun depan. “Kami ingin optimalisasi potensi di dalam negeri ketika kondisi diliputi ketidakpastian dan volatilitas. Tapi, fleksibilitas pun tetap sangat diperlukan,” ujar Luky.
Maksudnya, Luky menerangkan, pemerintah juga tak menutup kemungkinan untuk menyesuaikan kebijakan penerbitan SBN Valas jika memang kondisi pasar dan perekonomian global dianggap kondusif dan menguntungkan.
Baca Juga: Incar dana kelolaan Rp 250 miliar, KISI Asset Management luncurkan 3 produk sekaligus
“Kita lihat kondisi global. Kita tentunya berharap ada perbaikan cost of fund (biaya). Mudah-mudahan kondisi global kondusif,” tandas Luky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News