kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45863,29   1,62   0.19%
  • EMAS1.361.000 -0,51%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tahan Tarik Utang Baru, Realisasi Pembiayaan Anggaran Rp 71,1 Triliun Per April 2024


Selasa, 28 Mei 2024 / 10:43 WIB
Tahan Tarik Utang Baru, Realisasi Pembiayaan Anggaran Rp 71,1 Triliun Per April 2024
ILUSTRASI. Kementerian Keuangan melaporkan, realisasi pembiayaan anggaran hingga akhir April 2024 mencapai Rp 71,1 triliun.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan melaporkan, realisasi pembiayaan anggaran hingga akhir April 2024 mencapai Rp 71,1 triliun. Realisasi ini baru mencapai 13,3% dari target dalam APBN Rp 522,8 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, realisasi pembiayaan anggaran ini juga turun cukup tajam mencapai 68,3% jika dibandingkan periode sama tahun lalu atau year on year (yoy).

“Jadi sampai 30 April Rp 71,1 triliun total pembiayaan anggaran itu turun sangat sangat tajam dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp 224,4 triliun, turunnya 68,3%,” tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers, Senin (27/5).

Baca Juga: Realisasi Bansos Turun 2,9% Per April 2024, Ini Penyebabnya

Ia menjelaskan, rendahnya realisasi pembiayaan anggaran tersebut lantaran pemerintah masih menahan untuk menerbitkan utang baru, mengantisipasi atas terjadinya volatilitas pasar keuangan global.

“Kita bisa cukup steady, termasuk spread kita terhadap US Treasury itu karena kita memang cukup terukur dalam menerbitkan surat utang kita. Ini yang menyebabkan kita akan mungkin bisa menjaga yield kita,” jelasnya.

Sri Mulyani mencatat, hingga April 2024, realisasi pembiayaan anggaran melalui utang mencapai Rp 119,1 triliun. Realisasi tersebut mencapai 18,4% dari target Rp 648,1 triliun atau turun 51,2% yoy.

Pembiayaan utang ini salah satunya berasal dari penerbitan surat berharga (SBN) neto mencapai Rp 128,6 triliun, atau turun tajam sebesar 46,4% yoy.

Sri Mulyani menyebut, keputusan Indonesia untuk menahan penerbitan utang di tengah situasi ekonomi saat ini cukup menguntungkan Indonesia, meskipun terjadi volatilitas di pasar keuangan global, termasuk pasar obligasi, nilai tukar, dan saham.

Dia menekankan pengelolaan penerbitan surat utang yang terukur menjadikan Indonesia tetap stabil. Penurunan tajam dalam penerbitan surat utang terjadi di tengah ketidakstabilan pasar, yang membantu menjaga yield surat utang negara (SUN). 

Pada Mei, yield SUN turun sebesar 33 basis poin setelah terjadi capital inflow sebesar Rp 13,56 triliun, meskipun bank sentral AS tidak menurunkan suku bunga.

“Ini gambaran SUN kita sangat dipercaya, dijaga, dan kita mendapatkan dampak dari stabilitas harga meskipun dunia sedang mengalami gejolak. Ini karena track record, APB kita cukup prudent, selama ini kita transparan, akuntabel, kita menjelaskan situasi APBN bahkan dalam situasi mengalami pandemi yang penurunan penerimaan kita sangat tajam,” ungkapnya.

Baca Juga: Pada Tahun Depan, Sri Mulyani Siapkan Anggaran Perlinsos hingga Rp 513 Triliun

Lebih lanjut, untuk pembiayaan non utang realisasinya mencapai Rp 48 triliun, atau mencapai 38,3% dari pagu. Realisasi pembiayaan non utang ini meningkat 142,4% yoy.

Bendahara keuangan negara ini menjelaskan, meski mengalami peningkatan cukup tajam, realisasi pembiayaan non utang atau pembiayaan investasi ini masih dibawah garis (below the line).

Ia menambahkan,kenaikan dalam realisasi tersebut sudah sesuai dengan anggaran yang dialokasikan untuk pembiayaan investasi, termasuk untuk penyertaan modal negara (PMN).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Pre-IPO : Explained Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM)

[X]
×