kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.174.000   10.000   0,46%
  • USD/IDR 16.725   32,00   0,19%
  • IDX 8.127   1,36   0,02%
  • KOMPAS100 1.130   -0,26   -0,02%
  • LQ45 809   -1,81   -0,22%
  • ISSI 283   0,94   0,33%
  • IDX30 425   -0,23   -0,05%
  • IDXHIDIV20 486   -3,35   -0,69%
  • IDX80 124   -0,14   -0,12%
  • IDXV30 133   -0,20   -0,15%
  • IDXQ30 134   -0,98   -0,73%

Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Naik Tipis Pada Juli 2025, Ini Penyebabnya


Senin, 01 September 2025 / 18:48 WIB
Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Naik Tipis Pada Juli 2025, Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. Surplus neraca perdagangan barang pada Juli 2025 tercatat sebesar sekitar US$ 4,17 miliar, hanya naik tipis dari US$ 4,10 miliar pada Juni 2025. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/16/07/2025


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Surplus neraca perdagangan barang Indonesia pada Juli 2025 tercatat sebesar sekitar US$ 4,17 miliar, hanya naik tipis dari US$ 4,10 miliar pada bulan sebelumnya.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, kenaikan surplus ini terjadi karena secara bulanan ekspor memang tumbuh, tetapi impor juga naik hampir seimbang, sementara defisit minyak dan gas (migas) melebar dan mengimbangi tambahan surplus non migas.

Rinciannya, surplus non migas meningkat dari sekitar US$ 5,22 miliar pada Juni menjadi sekitar US$ 5,75 miliar pada Juli 2025, namun defisit migas melebar dari sekitar US$ 1,11 miliar menjadi sekitar US$ 1,58 miliar, sehingga surplus bersih hanya meningkat terbatas.

Baca Juga: Per Juli 2025, Indonesia Masih Catat Surplus Perdagangan US$ 10,49 Miliar dengan AS

Di sisi lain, kinerja ekspor naik 5,60% month to month (MtM) sementara impor naik 6,43% MtM, meski secara tahunan ekspor masih tumbuh 9,86% year on year (YoY) dan impor turun 5,86% (YoY).

Josua menilai, impor barang konsumsi dan bahan baku cenderung turun jika dilihat secara tahunan, padahal permintaan domestik tidak melemah signifikan.

“Pengaruh utamanya lebih banyak terkait efek basis dan penyesuaian persediaan, bukan pola musiman. Juli biasanya netral setelah puncak siklus Ramadan–Lebaran di kuartal II,” tutur Josua kepada Kontan, Senin (1/9/2025).

Pada Juli 2025, impor barang konsumsi turun -2,47%yoy dan bahan baku atau penolong turun -11,94%yoy, tetapi secara bulanan keduanya justru meningkat masing-masing 12,52%mtm dan 6,16%mtm. Artinya, kata Josua, industri menahan pembelian pada periode sebelumnya dan kembali mengisi stok secara bertahap.

Lebih lanjut, dari sisi ekspor, Josua menilai, kenaikan tahunan Juli 2025 ditopang terutama oleh penguatan nonmigas, terutama lemak dan minyak nabati, besi baja, berbagai produk kimia, mesin dan peralatan, serta logam mulia, sementara ekspor bahan bakar mineral masih tertekan.

Komposisi ini lanjutnya, membuat tambahan surplus tidak setebal ketika komoditas energi sedang sangat mendukung. Industri pengolahan menjadi penopang terbesar ekspor, sedangkan tambang masih lebih lemah dibanding tahun lalu.

Sementara itu, faktor harga dan nilai tukar turut menjelaskan pola impor bahan baku. Survei PMI manufaktur Agustus mencatat perusahaan menghadapi kenaikan biaya input impor akibat penguatan dolar AS, sehingga strategi pembelian dilakukan lebih hati-hati.

Baca Juga: Surplus Neraca Dagang Bakal Menyempit

Meski begitu, kondisi manufaktur kembali ekspansi, pesanan baru termasuk ekspor naik, aktivitas pembelian dan tenaga kerja bertambah, serta stok bahan baku meningkat untuk mengimbangi produksi.

“Ini memberi sinyal bahwa impor input berpotensi pulih bertahap sejalan dengan pemenuhan pesanan,” ungkapnya.

Ke depan, ia memperkirakan kinerja ekspor berpotensi tetap tumbuh moderat, ditopang industri pengolahan dan harga komoditas yang relatif stabil.

Ia mencatat, harga batubara akhir Agustus tercatat US$ 109–110 per ton, curude palm oil (CPO) USS 1.036,5 per ton, dan nikel US$ 15.421 per ton. Level ini menopang ekspor, meski kinerja semester II diperkirakan normal setelah lonjakan pembelian awal tahun akibat tarif balasan AS.

“Dalam perspektif eksternal yang lebih luas, kami menilai kebijakan tarif tersebut masih bisa menekan ekspor dan membuat defisit transaksi berjalan melebar secara bertahap, meski tetap terkelola,” tambahnya.

Untuk impor, dengan PMI yang kembali ekspansi dan stok bahan baku mulai diisi ulang, impor bahan baku dan barang modal dinilai akan cenderung meningkat bertahap.

Baca Juga: Surplus Perdagangan Indonesia Terus Berlanjut Meski Mengalami Penurunan

Purchasing Managers’ Index/PMI) versi S&P Global naik ke level 51,5 di bulan Agustus 2025, menandai ekspansi pertama dalam lima bulan terakhir setelah Juli berada di 49,2.

Josua menambahkan, impor konsumsi kemungkinan tetap tertahan oleh preferensi belanja rumah tangga yang masih selektif, sejalan dengan inflasi yang rendah dan terkendali. BPS mencatat inflasi Agustus 2025 sebesar 2,31% secara tahunan, dengan inti 2,17% dan komponen energi masih mengalami deflasi tahunan, yang mengindikasikan tekanan harga domestik tidak berlebihan.

Dengan kombinasi faktor-faktor tersebut, Josua meramal neraca perdagangan barang masih berpeluang surplus stabil dalam beberapa bulan ke depan, tetapi besaran surplusnya cenderung serupa dengan pola beberapa bulan terakhir, karena perbaikan surplus non migas akan terus berbenturan dengan defisit migas yang sensitif terhadap harga minyak.

Selanjutnya: Arah Pasar Keuangan Tergantung Respons Pemerintah Sepekan ke Depan

Menarik Dibaca: Ini Cara Menetapkan Tujuan Keuangan yang Tepat untuk Masa Depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×