Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari hingga Juli 2025 mencapai US$ 23,56 miliar, atau naik US$ 7,40 miliar bila dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai US$ 16,25 miliar.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa di Badan Pusat Statistik BPS Pudji Ismartini menyampaikan, bila dilihat berdasarkan negara mitra dagang, Indonesia masih mencatatkan surplus dengan Amerika Serikat (AS).
Sebagaimana diketahui tarif resiprokal yang dikenakan AS ke Indonesia sebesar 19% baru mulai berlaku pada 7 Agustus 2025 lalu. Artinya hingga Juli 2025 Indonesia belum terdampak tarif tersebut.
Baca Juga: Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Capai US$ 4,17 Miliar Pada Juli 2025
Adapun surplus neraca perdagangan Indonesia dengan AS mencapai US$ 10,49 miliar hingga Juli 2025, atau naik dari periode sama tahun lalu yang mencapai US$ 7,61 miliar.
“Tiga negara penyumbang surplus pertama adalah AS sebesar US$ 10,49 miliar,” tutur Pudji dalam konferensi pers, Senin (1/9/2025).
Pudji menjelaskan, penyumbang surplus neraca dagang dengan AS adalah, mesin dan perlengkapan elektrik dan bagiannya (HS 85) mencapai US$ 2,64 miliar, pakaian dan aksesorisnya (HS 85) mencapai US$ 1,57 miliar, dan alas kaki (HS 64) mencapai 1,54 miliar.
Selanjutnya penyumbang surplus neraca dagang kedua adalah dengan India yang mencapai US$ 8,13 miliar. Komoditas penyumbang surplus terbesar adalah bahan bakar mineral (HS 27) US$ 3,29 miliar, lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) sebesar US$ 2,20 miliar, serta besi dan baja (HS 72) sebesar US$ 0,90 miliar.
Penyumbang terbesar ketiga adalah dengan Filipina yang surplusnya mencapai US$ 5,07 miliar. Komoditas penyumbang surplus dengan negara ini diantaranya, kendaraan dan bagiannya (HS 87) sebesar US$ 1,68 miliar.
Baca Juga: Surplus Neraca Dagang Bakal Menyempit
Kemudian, bahan bakar mineral (HS 27) sebesar US$ 1,32 miliar, serta lemak dan minyak hewani/nabati sebesar (HS 15) US$ 0,58 miliar.
Negara Mitra Penyumbang Defisit Neraca Dagang
Pudji membeberkan, negara penyumbang defisit terbesar sepanjang Januari hingga Juli 2025 adalah China, Australia dan Brasil.
Defisit neraca dagang Indonesia dengan China mencapai US$ 13,21 miliar. Komoditas penyumbangnya defisit adalah, mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84) sebesar US$ 10,99 miliar.
Kemudian, mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) dengan defisit sebesar US$ 9,65 miliar, serta kendaraan dan bagiannya (HS 87) dengan defisit US$ 2,71 miliar.
Baca Juga: Waspada, Surplus Neraca Perdagangan RI Berpotensi Menyusut Jika Impor dari AS Naik
Defisit neraca dagang dengan Australia mencapai US$ 2,79 miliar, dengan penyumbang defisit adalah serealia (HS 10) sebesar US$ 0,83 miliar, bahan bakar mineral (HS 27) sebesar US$ 0,71 miliar, serta bijih logam terak dan abu (HS 26) sebesar US$ 0,54 miliar.
Terakhir, dengan Brasil mencatatkan defisit sebesar US$ 0,95 miliar. Komoditas penyumbang defisitnya adalah ampas dan sisa industri makanan (HS 23) US4 1,02 miliar, gula dan kembang gula (HS 17) sebesar 0,36 miliar, serta kapas (HS 52) sebesar US4 0,20 miliar.
Selanjutnya: Energi Mega Persada (ENRG) Raih Kenaikan Penjualan Bersih 18% di Semester I-2025
Menarik Dibaca: Perut Buncit? Ini 6 Buah yang Membantu Menghilangkan Lemak Perut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News