Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbagai negara telah mengeluarkan stimulus dalam jumlah besar sebagai jurus andalan untuk biaya penanganan Covid-19. Begitu juga dengan Indonesia. Pemerintah Indonesia telah mengalokasikan dana Rp 695,2 triliun untuk biaya penanganan Covid-19. Biaya penanganan pandemi ini setara 4,2% terhadap PDB Indonesia.
Perinciannya, untuk bidang kesehatan sebesar Rp 87,55 triliun dan Program Pemulihan Ekonomi sebesar Rp 607,65 triliun. B
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai, stimulus yang dikeluarkan pemerintah memang masih rendah. Menurutnya, idealnya pemerintah menganggarkan sekitar Rp 1.500 triliun untuk menangani pandemi ini.
Baca Juga: Pemulihan Ekonomi Nasional: Kredit Super Lunak Ditebar ke Usaha Mikro
"Ini sering menjadi pertanyaan, kenapa stimulus kita rendah? Kenapa tidak bisa mencapai 10% dari PDB? Dan apa sih tantangannya?" kata Bhima kepada Kontan.co.id, Rabu (12/8).
Bhima menambahkan, jumlah anggaran yang besar merupakan kunci yang penting dalam menangani pandemi ini. Selain itu, ini juga harus dibarengi dengan realisasi yang cepat sehingga apa yang dianggarkan bisa cepat dirasakan manfaatnya.
Berbeda dengan Bhima, ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai kalau angka stimulus fiskal yang telah dikeluarkan oleh pemerintah sudah cukup untuk menangani pandemi ini. Namun, ia menyoroti kecepatan penyaluran stimulus tersebut.
"Kalau dari sisi nominal sudah cukup. Walau banyak yang dianggarkan tetapi (realisasinya) tidak cepat, ya repot. Kalau enggak ada realisasi, ya percuma," kata David.
Lalu, bila porsi stimulus yang telah dikucurkan oleh Indonesia untuk menangani pandemi ini juga memang lebih kecil bila dibandingkan dengan negara-negara lain, seperti negara-negara G20. Akan tetapi, David mengatakan hal ini bukan merupakan masalah yang berarti.
"Beda. Tidak bisa dibandingkan apple to apple. Karena mereka kemampuan fiskalnya juga berbeda dan fundamental ekonomi juga beda. Nilai tukar kita dan mereka juga tidak bisa dibandingkan," jelasnya.
Lebih lanjut, untuk saat ini David melihat kalau mau menangani pandemi dan menyelamatkan perekonomian, yang terpenting adalah merangsang permintaan. Salah satu yang paling cepat untuk menjadi stimulus bagi permintaan adalah penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT).
David juga mengapresiasi langkah pemerintah untuk memberikan bantuan sosial (bansos) berupat BLT sebesar Rp 600.000 untuk para pekerja dengan gaji di bawah Rp 5 juta. Menurutnya, langkah ini bisa lebih cepat untuk mendorong sisi permintaan sehingga perekonomian bisa cepat tumbuh.
Baca Juga: Masuk uji klinis III, ini tahapan lengkap uji vaksin Covid-19 Sinovac-Bio Farma
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News