Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto langsung bertolak ke Amerika Serikat (AS) di tengah krusialnya tenggat waktu penundaan tarif perdagangan Presiden AS Donald Trump, yang akan segera berakhir.
Keberangkatan Airlangga ke Washington dilakukan setelah dirinya mendampingi kunjungan kerja Presiden Prabowo Subianto ke Brasil, di mana Prabowo menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS ke-17. BRICS merupakan blok ekonomi yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
Menurut Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Haryo Limanseto, tim negosiasi Indonesia yang dipimpin langsung oleh Menko Airlangga bersama tim negosasi masih bersiaga di Washington DC untuk merespons kebijakan tarif AS terhadap Indonesia.
Baca Juga: Sri Mulyani Tanggapi Ancaman Trump Kenakan Tambahan Tarif AS 10% untuk Negara BRICS
“Tentu kita berharap Indonesia jadi yang pertama mendapatkan hasil negosiasi tarif ini. Tim masih standby di sana. Semoga hasilnya baik,” ungkap Haryo saat dihubungi Kontan, Senin (7/7).
Hingga kini, nasib Indonesia masih belum pasti terkait keputusan tarif AS. Padahal, Vietnam yang merupakan negara tetangga, sudah mendapat kejelasan. Trump disebut telah menurunkan tarif impor produk Vietnam dari 46% menjadi 20% setelah mencapai kesepakatan awal.
Sementara itu, dua pejabat tinggi AS, yakni Menteri Perdagangan Howard Lutnick dan Menteri Keuangan Scott Bessent, menegaskan bahwa Presiden Trump akan segera mengumumkan tarif baru menjelang 9 Juli 2025.
“Presiden Trump akan mengirim surat kepada beberapa mitra dagang kami, mengatakan bahwa ‘Jika Anda tidak bergerak maju, pada 1 Agustus Anda akan kembali ke tingkat tarif 2 April’. Jadi, saya pikir kita akan melihat banyak kesepakatan dengan sangat cepat,” kata Scott Bessent, dikutip dari Reuters, Senin (7/7).
Sebagai informasi, Trump pertama kali mengumumkan kebijakan tarif resiprokal pada 2 April 2025, di mana produk dari Indonesia dikenakan tarif sebesar 32%. Namun, tarif itu ditangguhkan selama 90 hari sejak 9 April 2025 untuk memberi ruang negosiasi bagi negara-negara mitra, termasuk Indonesia.
Hingga kini, Indonesia telah melakukan negosiasi awal dengan sejumlah pejabat tinggi pemerintahan Trump. Namun, keputusan final dari pihak AS belum juga diumumkan ke publik.
Baca Juga: Kemenko Perekonomian Soal Tarif Trump: Kami Ingin Jadi yang Terendah di ASEAN
“Kalau Amerika menyatakan (deadline) 9 Juli (2025), tapi beda 8 (Juli 2025) sama 9 (Juli 2025) kan beda-beda tipis. Pemerintah sudah terus berkomunikasi, baik secara tertulis (maupun langsung). Jadi, kita sudah memberikan Indonesia punya second offer dan ini sudah diterima oleh AS. Kita sudah bicara juga dengan USTR, Secretary of Commerce, dan Secretary of Treasury,” kata Airlangga saat Konferensi Pers Deregulasi di Kementerian Perdagangan, Senin (30/6).
Ia menambahkan, posisi tim Indonesia di Washington bersifat siaga penuh agar bisa menanggapi cepat jika ada perubahan mendadak.
“Jadi, tentu tim negosiasi Indonesia standby di Washington. Jadi, kalau ada perubahan, ada hal detail lagi yang masih memerlukan klarifikasi atau apa, kita bisa segera merespons,” ujarnya.
Kini, semua mata tertuju pada Washington, menunggu apakah Indonesia akan termasuk dalam daftar negara yang berhasil menegosiasikan kembali tarif perdagangan, atau justru kembali terpapar lonjakan tarif seperti pada April lalu.
Selanjutnya: Target Pertumbuhan Ekonomi 5,2%-5,8% di RAPBN 2026, Terlalu Optimistis?
Menarik Dibaca: KAI Layani 3,49 Juta Pelanggan Selama Libur Sekolah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News