Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Kondisi ini ikut mendorong pelemahan Rupiah, dari Rp 16.555 per dolar AS pada pertengahan Oktober menjadi Rp 16.695 per dolar AS pada pertengahan November. Secara year-to-date, Rupiah melemah 3,75% dan berada di jajaran mata uang negara berkembang dengan performa terlemah.
Menghadapi berbagai risiko tersebut, LPEM UI menilai pendekatan kebijakan moneter yang konsisten dan kredibel menjadi krusial. Menahan BI Rate di level 4,75% dinilai dapat memperkuat sinyal kebijakan moneter sekaligus menjaga stabilitas nilai tukar di tengah volatilitas global.
Meski demikian, lembaga tersebut menegaskan risiko eksternal masih tinggi sehingga respons BI perlu tetap waspada dan adaptif terhadap perubahan global.
Tonton: Ini Tiga Besar Bank yang Paling Kencang Salurkan Kredit Program Perumahan
Dalam kesimpulannya, LPEM UI menyebut kombinasi inflasi yang meningkat, pelemahan Rupiah, dan derasnya arus modal keluar membutuhkan kebijakan moneter yang solid dan tegas untuk menjaga stabilitas makroekonomi Indonesia.
Kesimpulan
LPEM UI memandang BI masih perlu mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75% untuk menjaga stabilitas Rupiah dan meredam tekanan inflasi serta arus modal keluar. Meski fundamental perdagangan masih kuat, tekanan eksternal dan volatilitas pasar menjadi faktor utama yang perlu diantisipasi melalui kebijakan moneter yang konsisten, berhati-hati, dan kredibel.
Selanjutnya: Aturan Broker Diperketat, Kualitas Pelaku Usaha Broker Diharapkan Meningkat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













