CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.322.000   -29.000   -1,23%
  • USD/IDR 16.765   18,00   0,11%
  • IDX 8.362   -54,96   -0,65%
  • KOMPAS100 1.159   -6,94   -0,60%
  • LQ45 844   -6,42   -0,76%
  • ISSI 292   -2,09   -0,71%
  • IDX30 440   -4,44   -1,00%
  • IDXHIDIV20 511   -3,54   -0,69%
  • IDX80 130   -1,04   -0,79%
  • IDXV30 135   -1,25   -0,92%
  • IDXQ30 141   -0,73   -0,52%

Stabilkan Rupiah: BI Diproyeksi Tidak Ubah Suku Bunga November Ini


Rabu, 19 November 2025 / 02:54 WIB
Diperbarui Rabu, 19 November 2025 / 03:06 WIB
Stabilkan Rupiah: BI Diproyeksi Tidak Ubah Suku Bunga November Ini
ILUSTRASI. LPEM FEB UI memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75% pada Rapat Dewan Gubernur 19 November 2025. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - LPEM FEB UI memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75% pada Rapat Dewan Gubernur 19 November 2025. Langkah ini dinilai strategis untuk meredam tekanan pelemahan rupiah yang terjadi di tengah meningkatnya inflasi dan dinamika eksternal yang belum stabil.

Dalam publikasinya, LPEM UI menilai kebijakan mempertahankan tingkat suku bunga dapat memperkuat persepsi pelaku pasar terhadap arah kebijakan moneter BI sekaligus menjaga stabilitas nilai tukar.

Data lembaga tersebut menunjukkan inflasi tahunan naik menjadi 2,86% yoy pada Oktober 2025, lebih tinggi dibanding 2,65% pada bulan sebelumnya. Meski masih dalam rentang target BI 1,5%–3,5%, kenaikan tersebut merupakan yang tertinggi sejak April 2024.

Inflasi bulanan juga tetap tinggi di 4,99%, dipicu lonjakan harga pangan akibat gangguan pasokan berbasis cuaca. Tren harga emas yang terus naik selama 26 bulan dan mencetak rekor tertinggi turut meningkatkan inflasi inti, terutama pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang tumbuh 11,87% yoy.

Ke depan, inflasi diperkirakan masih mendapat dorongan tambahan dari peningkatan permintaan akhir tahun serta pencairan bantuan sosial. Peringatan BMKG mengenai potensi bencana hidrometeorologi juga menjadi faktor risiko baru bagi sektor pasokan pangan. LPEM UI menilai keseimbangan antara sisi permintaan dan pasokan menjadi kunci agar inflasi tetap berada dalam batas target.

Baca Juga: Pinjam KUR Berkali-Kali? Sekarang Bisa, dan Bunganya Tetap 6%!

Sementara itu, sektor perdagangan Indonesia mencatat performa solid. Surplus perdagangan September 2025 mencapai US$ 4,34 miliar, memperpanjang tren surplus hingga 65 bulan. Sepanjang Januari–September 2025, surplus meningkat 50,94% menjadi US$ 33,48 miliar, didorong kinerja ekspor yang tetap terjaga.

Namun, kondisi pasar keuangan mencerminkan melemahnya selera risiko investor. Arus modal keluar terus meningkat meski The Fed kembali memangkas suku bunga. Kekhawatiran bertambah setelah wacana pemerintah untuk mengambil alih utang proyek kereta cepat Whoosh, yang dianggap menambah risiko fiskal dan quasi-fiskal.

Dalam periode pertengahan Oktober hingga pertengahan November, tercatat net outflow sebesar US$ 0,95 miliar. Pasar obligasi pemerintah menjadi sumber tekanan terbesar dengan arus keluar US$ 1,77 miliar, sementara pasar saham justru mencatat net inflow sebesar US$ 0,82 miliar.

Baca Juga: Gaji Berapa Agar Bisa Beli Rumah Subsidi? Ini Daftar Batas Terbaru 2025

Kondisi ini ikut mendorong pelemahan Rupiah, dari Rp 16.555 per dolar AS pada pertengahan Oktober menjadi Rp 16.695 per dolar AS pada pertengahan November. Secara year-to-date, Rupiah melemah 3,75% dan berada di jajaran mata uang negara berkembang dengan performa terlemah.

Menghadapi berbagai risiko tersebut, LPEM UI menilai pendekatan kebijakan moneter yang konsisten dan kredibel menjadi krusial. Menahan BI Rate di level 4,75% dinilai dapat memperkuat sinyal kebijakan moneter sekaligus menjaga stabilitas nilai tukar di tengah volatilitas global.

Meski demikian, lembaga tersebut menegaskan risiko eksternal masih tinggi sehingga respons BI perlu tetap waspada dan adaptif terhadap perubahan global.

Tonton: Ini Tiga Besar Bank yang Paling Kencang Salurkan Kredit Program Perumahan

Dalam kesimpulannya, LPEM UI menyebut kombinasi inflasi yang meningkat, pelemahan Rupiah, dan derasnya arus modal keluar membutuhkan kebijakan moneter yang solid dan tegas untuk menjaga stabilitas makroekonomi Indonesia.

Kesimpulan

LPEM UI memandang BI masih perlu mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75% untuk menjaga stabilitas Rupiah dan meredam tekanan inflasi serta arus modal keluar. Meski fundamental perdagangan masih kuat, tekanan eksternal dan volatilitas pasar menjadi faktor utama yang perlu diantisipasi melalui kebijakan moneter yang konsisten, berhati-hati, dan kredibel.

Selanjutnya: Aturan Broker Diperketat, Kualitas Pelaku Usaha Broker Diharapkan Meningkat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×