Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan outlook pembiayaan utang di tahun 2020 senilai Rp 1.439,8 triliun.
Besarnya beban pembayaran utang ini, sejalan dengan berbagai kebijakan yang dilakukan pemerintah demi menanggulangi dampak wabah virus Corona.
Baca Juga: Sri Mulyani ungkap strategi umum pembiayaan APBN 2020 di tengah wabah corona
Adapun rincian outlook utang tersebut terdiri atas pembiayaan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sebesar Rp 852,9 triliun, pembiayaan investasi senilai Rp 153,5 triliun, serta pembiayaan utang jatuh tempo Rp 433,4 triliun.
"Pembiayaan investasi Rp 153,5 triliun ini adalah termasuk apa yang sering disebut pandemic bond, yaitu surat berharga yang kita keluarkan atau kita terbitkan di dalam rangka untuk pemulihan ekonomi nasional menghadapi pandemi Covid-19 ini," ujar Sri di dalam agenda rapat virtual, Kamis (30/4).
Kemudian, diuraikan sumber pembiayaan utang ini berasal dari penarikan pinjaman sebesar Rp 150,5 triliun, serta penerbitan surat berharga negara (SBN) senilai Rp 1.289,3 triliun.
Baca Juga: Mendag Agus Suparmanto minta pasar rakyat tetap beroperasi meski PSBB
Jumlah penerbitan SBN tersebut, telah dikurangi realisasi penerbitan sampai dengan Maret 2020 mencapai Rp 221,4 triliun, program pemulihan ekonomi nasional senilai Rp 150 triliun, serta penurunan giro wajib minimum (GWM) senilai Rp 105 triliun.
Kemudian, pemerintah menargetkan penerbitan SBN sepanjang Kuartal II sampai dengan Kuartal IV tahun ini senilai Rp 856,8 triliun. Penerbitan SBN selama masa penanganan Corona ini, tidak akan dilakukan melalui seri khusus atau pandemic bonds.
Penerbitan SBN ini menjadi bagian dari penerbitan SBN secara keseluruhan, yaitu akan dipenuhi melalui lelang di pasar domestik, penerbitan SBN ritel, mekanisme penjualan surat utang secara bilateral (private placement), dan penerbitan SBN valuta asing (valas).
Menurut Sri Mulyani, pada periode kuartal II sampai dengan kuartal IV-2020, rata-rata nilai lelang SBN per 2 minggu akan berkisar antara Rp 35 - 45 triliun.
Baca Juga: Nadiem Makarim izinkan dana BOS dipakai membayar guru honorer
Sebagai perbandingan, rata-rata lelang SBN pada periode yang sama di tahun sebelumnya berkisar antara Rp 7,8 - 21,9 triliun. Apabila target lelang ini tidak tercapai, maka Bank Indonesia (BI) akan berfungsi sebagai pembeli last resort.
"Kami mengedepankan transparansi, sustainabilitas, serta kredibilitas dari APBN. Pasalnya, itu menjadi sangat penting terutama pada suasana yang sangat kritis dalam menghadapi situasi di mana volatilitasnya juga sangat tinggi," kata Sri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News