Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan, kondisi perekonomian Indonesia saat ini menghadapi situasi sulit.
Pasalnya, perekonomian global yang belum pulih dan rencana pemerintah Amerika Serikat memotong stimulus moneter telah berdampak pada perekonomian Indonesia.
Dampak itu mulai terlihat dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Selasa (20/8) kemarin nilai tukar rupiah tercatat Rp 10.504 per dollar AS, turun 0,51% dari hari sebelumnya.
Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat anjlok 5,8% menjadi 4.062,30. Untunglah pada penutupan bursa, kejatuhan IHSG bisa ditahan di level 4.174,98 atau turun 3,21% ketimbang sehari sebelumnya.
Di sisi lain, menurut SBY, ekspor Indonesia juga terus menurun karena perekonomian negara-negara tujuan ekspor seperti China mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Nah, agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak merosot tajam pemerintah akan menggenjot investasi dalam negeri. "Karena ekspor menurun, maka andalan kita adalah investasi. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah yang akan kita jalankan dalam waktu dekat untuk menjaga pertumbuhan meningkatkan investasi," tutur SBY dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Rabu (21/8).
Menurut SBY, tugas pemerintah adalah menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan menggerakkan nadi perekonomian, mempercepat dan mengimplementasikan berbagai proyek di Tanah Air.
Dengan mengimplementasikan proyek-proyek investasi masuk ke dalam negeri, pemerintah optimistis perekonomian Indonesia akan bisa bertahan dari krisis yang mulai merongrong perekonomian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News