kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

SBY: KLB tidak pernah kami kehendaki


Sabtu, 30 Maret 2013 / 21:18 WIB
SBY: KLB tidak pernah kami kehendaki
ILUSTRASI. Ini Kata Ilmiah, Soal Hewan Anjing dan Kucing Bisa Melihat Hantu


Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Susilo Bambang Yudhoyono mengawali pidato pertamanya sebagai Ketua Umum Partai Demokrat menyatakan, Kongres Luar Biasa Partai Demokrat adalah sebuah keterpaksaan. KLB dipilih karena tidak ada mekanisme lain yang dimungkinkan untuk mengikuti Pemilu 2014.

"KLB tidak kami kehendaki, tidak pernah kami rancang, terpaksa kami lakukan karena keadaan darurat di partai kami," kata SBY, Sabtu (30/3) malam. Keterpaksaan tersebut, ujar SBY, dalam konteks Partai Demokrat tak lagi punya Ketua Umum setelah Anas Urbaningrum menyatakan berhenti sebagai Ketua Umum Partai Demokrat pada 23 Februari 2013.

Karenanya, kata SBY, KLB merupakan cara Partai Demokrat untuk dapat memiliki Ketua Umum lagi dalam tenggat waktu singkat menjelang dimulainya tahapan Pemilu 2014. "Maka harus dipahami jabatan Ketua Umum (yang saya jabat ini) sementara, meskipun sah dan resmi," tegas dia.

Andai saja...

SBY pun sempat berandai-andai dalam pidato perdananya itu. Dia mengatakan bila saja KPU memberi legitimasi kepada siapa pun yang mendapat mandat menandatangani daftar calon sementara (DCS) atau proses administrasi lain terkait pemilu, KLB ini tak perlu digelar. "Tapi karena itu tak dimungkinkan, kami terpaksa lakukan KLB," kata dia.

Setelah Anas berhenti menjadi Ketua Umum Partai Demokrat dan konsep pelaksana tugas Ketua Umum juga tak memungkinkan untuk proses Pemilu 2014, lanjut SBY, dia mengaku sudah melakukan empat pertemuan. "Untuk memikirkan siapa yang tepat jadi Ketua Umum 'sementara' ini, serta mekanisme dan proses penentuannya," ujar dia.

Dalam setiap pertemuan itu, aku SBY, dia mengatakan berkali-kali, "Janganlah saya yang jadi Ketua Umum, termasuk (jangan) keluarga saya". Dalam pertemuan itu, lanjut dia, sudah bulat disepakati bahwa pemilihan ketua umum harus dilakukan secara teduh bahkan kalau bisa dengan musyawarah mufakat bukan dengan dengan pemungutan suara, meskipun kedua cara itu sah di demokrasi.

"(Sampai di cara pemilihan) di situ bulat. Tapi belum bulat siapa yang akan jadi ketua umum," tutur SBY.  Karena tak kunjung bulat, kata SBY, sebagian kader mulai khawatir, bila diserahkan kepada kader, maka akan terjadi benturan yang tak perlu. "Bila benturan terjadi, tambah masalah di partai kami yang sedang dapat musibah dan masalah."

Baru belakangan, imbuh SBY, perkembangan sepuluh hari terakhir kader memintanya memimpin partai ini untuk sementara sampai semua pulih seperti sedia kala. "Dari dulu saya tak berniat dan tak ingin menjadi ketua umum," tegas dia. Karena, SBY mengaku ingin fokus dan memprioritaskan tugas kenegaraan.

"Saya juga tak ingin partai ini tergantung figur perorangan, figur saya," tegas SBY. Dia bahkan berpikiran ke depan harus pelan-pelan menghilang dari partai ini. Menurut SBY, partai modern harus berangkat dari platform idealisme dan mesin partai yang modern, tidak boleh tergantung pada figur perorangan.

Terkait KLB dan keputusan dia menjadi Ketua Umum Partai Demokrat, SBY mengatakan, sampai saat terakhir masih bertanya pada para kadernya. "Apakah masih ada opsi yang bisa kami ambil hari ini selain saya jadi ketua umum?". (Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×