Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 02 Sandiaga Uno menyindir kegagalan Joko Widodo yang memperbaiki kinerja neraca dagang 2018. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan defisit neraca dagang sebesar US$ 8,57 miliar.
Sandiaga mengaku heran dengan harga pangan yang terbilang masih tinggi. Jika melihat dari kinerja neraca dagang yang defisit lantaran tingginya impor. Semestinya, harga bahan pokok bisa lebih murah.
Untuk itu, Sandiaga menawarkan solusi yang disebut dengan big push strategy. Salah satunya adalah stop impor saat musim panen.
"Kita kembangkan swasembada pangan. Dorong proses produksi dengan pupuk dilancarkan, bibit dan obat-obatan dilancarkan," jelas Sandiaga, Sabtu (13/4).
Dengan demikian impor bisa ditekan sebab produksi pangan bisa tumbuh baik dengan upaya ini. Selain itu, harga-harga bisa diturunkan.
Kendati demikian, Jokowi membantah bahwa neraca dagang pada kuartal I sudah mulai membaik. Apalagi, pada Februari 2019 kemarin mencatatkan surplus.
Sedangkan upaya lain yang akan dilakukan pemerintahan Jokowi adalah mendorong industri substitusi barang impor.
"Energi industri harus ada di Indonesia karena terbesar impor kita di situ, kemudian minyak dan gas kita mulai bangun refinery dan dengan pembangunan ini, ke depan saya yakin defisit ini akan kita hilangkan," jelas Jokowi.
Selain itu, Jokowi juga menjelaskan lagi program B20 yang dibuat untuk menekan impor migas. Jokowi berjanji akan terus meningkatkan B20 menjadi B50 hingga B100.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News