Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Universitas Pelita Harapan (UPH) mengembangkan pendekatan metode perkuliahan lebih inovatif, antara lain dengan penggunaan media digital, teknologi Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AI), dan Artificial Intelligence (AI).
Pembelajaran melalui video 3 Dimensi dilakukan UPH di bidang kedokteran menyambut era Revolusi Industri 4.0.
Dekan Fakultas Kedokteran UPH Eka J. Wahjoepramono, dalam paparan Visual Learning “The Amazing Human Brain and The Potential Catastrophe” di Cinemaxx Studio 3, Lt. 5 Plaza Semanggi, Jakarta, Jumat (28/6), memaparkan, kuliah menggunakan AI atau kecerdasan buatan, supaya mahasiswa mendapatkan proses pembelajaran yang sempurna.
Dalam acara itu, Wahjoepramono memaparkan kuliah 3 Dimensi (3D) yang mengangkat topik ‘Eksplorasi Kehebatan Otak Manusia Dan Penyakit Yang Mengancam’ yang menjelaskan kehebatan otak yang memiliki sistem kerja yang kompleks dan menakjubkan. Otak manusia terdiri dari 100 miliar sel neuron, yang masing-masing terdiri dari 10.000 jaringan penghubung.
"Sehingga otak kita yang beratnya sekitar 1,5 kg ini, terdiri dari 10 pangkat 15 jaringan neuron" papar Eka dalam keterangannya, Sabtu (29/6).
Setiap saat, jika tidak digunakan/dimanfaatkan untuk beraktivitas, maka sel-sel otak tersebut satu per satu akan mengalami kerusakan yang bersifat permanen. Untuk mencegahnya, otak harus selalu diinduksi dengan membaca, berfikir, dan beraktivitas yang positif dan produktif.
Dalam kesempatan ini Eka juga menjelaskan berbagai kasus yang pernah ia tangani serta pemaparan penyebab dan beragam jenis penyakit yang menyebabkan kerusakan otak.
Eka juga berbagi cara teknik bedah saraf yang ia lakukan dalam menangani kasus tersebut. Tentunya penjelasan dilengkapi dengan video 3D bedah saraf yang ia lakukan, sehingga para peserta seakan-akan menyaksikan secara langsung proses bedah saraf tersebut.
Dari seluruh kuliah umum ini, satu hal yang menjadi fokus bagi Eka mengapa kuliah ini menjadi begitu penting.
Dalam kuliah umum tersebut Eka menegaskan 'Time is Brain', artinya jangan sampai terlambat, mengatasi terjadinya permasalahan yang ada di otak, contohnya Stroke. Eka juga mengingatkan pentingnya melakukan check-up sejak dini di rumah sakit yang kompeten tentunya sangat penting, sehingga jika terjadi kelainan dapat ditangani sejak awal.
Selain itu bagi semua calon dokter, kuliah umum ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan pengetahuan, tapi untuk memberi stimulus bagi para mahasiswa dapat mandiri untuk lebih meng-eksplorasi otak dan mampu menjadi dokter yang berkualitas.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mengungkapkan, selama ini biasanya dosen membaca kemampuan hanya 80%, maka hanya bisa diserap 40%, tetapi dengan metode pembelajaran ini kita bisa serap 100% dengan baik. Metode seperti ini bisa kita kembangkan secara keseluruhan dan tidak hanya di bidang kesehatan saja, harus bisa di seluruh bidang lainnya.
“Kalau metode ini sudah dikembangkan dalam bentuk film tiga dimensi (3D), seharusnya bisa dikembangkan lagi dalam metode online dan saya rasa akan jauh lebih baik ke depannya,” tutur Nasir.
Menteri Nasir menambahkan, metode pembelajaran seperti ini bisa membuat mahasiswa tidak merasa kesulitan dalam menyerap materi yang sulit sekalipun dengan metode pembelajaran yang sangat sederhana.
Menteri Nasir juga mengimbau kepada pimpinan perguruan tinggi lain untuk mulai bergerak melakukan metode pembelajaran yang baru dan inovatif di tengah perkembangan Revolusi Industri 4.0 yang sangat ini sedang kita hadapi.
“Saya rasa perguruan tinggi harus melakukannya, kalau kita tidak punya fasilitasnya karena biaya yang sangat tinggi, untuk itu saya selalu sampaikan untuk perguruan tinggi agar melakukan kolaborasi. Kalau tidak dengan kolaborasi rasanya itu akan sulit untuk dikembangkan,” tambah Nasir.
Dirinya juga mengatakan, Kemenristekdikti juga sudah menerbitkan peraturan kepada pimpinan perguruan tinggi untuk mengembangkan metode pembelajaran Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi dan memudahkan akses masyarakat untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.
Turut hadir pada acara ini Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Muhammad Dimyati, Founder Mochtar Riady Institute of Nanotechnology-MRIN Mochtar Riady, Kepala LIPI Laksana Tri Handoko, Rektor Universitas Pelita Harapan Jonathan L. Parapak, Rektor Universitas Indonesia Muhammad Anis, Rektor Universitas Multimedia Nusantara Ninok Leksono, Direktur Pengembangan Teknologi Industri Hotmatua Daulay, Civitas Akademika Universitas Pelita Harapan serta tamu undangan lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News