Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga pupuk sedang melonjak, Kementerian Pertanian (Kementan) menggerakkan petani untuk menggunakan pupuk organik.
Gerakan pertanian organik ini meliputi pemanfaatan pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah sebagai solusi terhadap masalah pupuk mahal.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi menjelaskan, pihaknya sedang menggenjot bimbingan teknis (bimtek) mengenai gerakan tani pro organik.
Gerakan ini mendorong petani untuk memproduksi pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah secara mandiri.
"Terkait isu pupuk mahal kami juga saat ini sedang genjot bimtek mengenai Gerakan Tani Pro Organik. Jadi pemanfaatan pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah," kata Dedi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IV DPR RI, Rabu (23/11).
Baca Juga: Cadangan Beras Pemerintah Belum Terpenuhi, Dirut Bulog Sebut Penyebabnya
Ia menjelaskan, dalam bimtek tersebut bahan-bahan pelatihan yang dilakukan cara pembuatan kompos, pembuatan mikroorganisme lokal, pemanfaatan pembenah tanah seperti pembuatan arang sekam. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah.
"Karena pupuk kimia kan mahal dan penggunaan pupuk kimia kita sarankan agar efisien, tidak boleh berlebihan jadi seperlunya saja," kata Dedi.
Direktur Jenderal (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan Ali Jamil mengatakan, program pupuk organik tahun-tahun sebelumnya realisasinya memang tidak sampai 70%. Namun menurutnya, tidak pungkiri bahwa pupuk organik dibutuhkan di lahan untuk kesehatan.
Oleh karena itu, pihaknya menyiapkan program unit pengolah pupuk organik (UPPO). Ia menjelaskan UPPO berbeda dengan program alat pengolah pupuk organik (APPO).
APPO akan ditujukan ke wilayah yang memiliki peternakan namun belum ada tempat untuk memproses pengolahan pupuk organik.
"APPO itu alat saja, ke mana ini APPO? misalnya ada area-area atau daerah wilayah yang misalnya ternaknya ada tapi untuk proses pengolahan pupuk organiknya enggak ada. Itu untuk kesitu maksudnya ini APPO," jelasnya.
Menurutnya, APPO akan menjadi bentuk dukungan dari Kementerian Pertanian terhadap pengolahan pupuk organik.
"Paling tidak ada suporting dari kita untuk yang misalnya kalau ternak sapinya ada atau kambingnya ada, bisa diolah dengan alat yang itu tadi APPO tadi," jelas Ali.
Dalam mendukung program pupuk organik dan alat mesin pertanian (alsintan) tahun depan, Kementerian Pertanian mengusulkan adanya realokasi anggaran sebesar Rp400 miliar ke Ditjen PSP.
Sekretaris Jenderal Kementan Kasdi Subagyo menjelaskan, realokasi anggaran digunakan untuk pengembangan pupuk organik dan alat mesin pertanian di Ditjen PSP. Untuk kedua program tersebut masih dibutuhkan anggaran tambahan sebesar Rp400 miliar.
"Berkait dengan pengembangan pupuk organik dan juga alat mesin pertanian kita masih perlu membutuhkan untuk ditransformasi atau direlokasi Ke Ditjen PSP sebesar Rp 400 miliar. Untuk itu kita bagi beberapa, karena kita perlu ada refokusing dari target yang kita bahas di 2015," kata Kasdi.
Refokusing dilakukan dari Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen Hortikultura, Ditjen Perkebunan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) dan Badan Karantina Pertanian (Barantan).
Baca Juga: Ditugaskan untuk Impor Beras, Buwas: Bukan Kemauan Bulog
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News