kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.855   57,00   0,36%
  • IDX 7.134   -26,98   -0,38%
  • KOMPAS100 1.094   -0,62   -0,06%
  • LQ45 868   -3,96   -0,45%
  • ISSI 217   0,66   0,31%
  • IDX30 444   -2,90   -0,65%
  • IDXHIDIV20 536   -4,36   -0,81%
  • IDX80 126   -0,06   -0,05%
  • IDXV30 134   -2,14   -1,58%
  • IDXQ30 148   -1,23   -0,83%

Ditugaskan untuk Impor Beras, Buwas: Bukan Kemauan Bulog


Rabu, 23 November 2022 / 22:44 WIB
Ditugaskan untuk Impor Beras, Buwas: Bukan Kemauan Bulog
ILUSTRASI. Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengikuti rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR di gedung parlemen, Senayan Jakarta, Kamis (20/6/2019). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso atau yang akrab disapa Buwas mengatakan berdasarkan Rakortas pada 8 November lalu pihaknya ditugaskan mengamankan stok beras.

Adapun pengamanan stok beras ditujukan untuk, kebutuhan program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) atau operasi pasar untuk intervensi harga, serta untuk kebutuhan kejadian luar biasa seperti penanganan bencana atau bantuan sosial.

Dalam Rakortas tersebut Bulog diamanatkan untuk menyerap satu juta ton beras untuk cadangan beras pemerintah (CBP). Dimana rinciannya 500.000 ton produksi dalam negeri disanggupi disiapkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan).

Kemudian sisanya diperoleh dari pengadaan dari luar negeri. Namun, Buwas menegaskan bahwa impor hanya alternatif apabila di dalam negeri tidak bisa mencukupi penyerapan yang ditargetkan.

Baca Juga: Kementan Sanggupi untuk Penuhi CBP 600.000 Ton dari Dalam Negeri

Sayangnya 500.000 ton yang dijanjikan oleh Kementan disebut tidak terealisasi. Sehingga hingga saat ini cadangan beras pemerintah (CBP) yang diperoleh dari dalam negeri semakin menipis.

"Dalam keputusan Rakortas. (Impor) alternatif. Ini (impor) alternatif untuk ketahanan pangan dan ketersediaan, ini penting. Bukan maunya Bulog. Bulog ini berdasarkan penugasan keputusan Rakortas," kata Budi Waseso di Komplek DPR RI, Rabu (23/11).

Ia menegaskan bahwa, pengadaan dari luar negeri merupakan alternatif, manakala ketersediaan di dalam negeri belum dapat terpenuhi.

Diketahui saat ini total stok beras di Bulog ialah 594.856 ton. Dengan rincian stok CBP 426.573 ton dan stok beras komersial 168.283 ton.

"Manakala, tidak bisa terpenuhi dari dalam negeri maka harus kita supply dari luar," imbuhnya.

Kendati sudah mendapatkan izin kuota pengadaan dari luar namun Bulog tak bisa serta merta melakukan importasi. Pasalnya Bulog tetap harus melihat produktifitas dalam negeri. Kembali Ia mengingatkan bahwa impor merupakan alternatif. Dalam menjamin ketersediaan Bulog tetap mengutamakan produksi dalam negeri.

Buwas mengatakan, untuk pengadaan dari luar negeri Bulog sudah menyiapkan anggaran. Adapun anggarannya bersumber dari pembiayaan perbankan dengan bunga komersil. Pun demikian pembelian beras akan dilakukan secara komersial.

Nantinya stok yang didatangkan akan digunakan untuk membanjiri pasar dengan harga yang murah. Sehingga harga beras turun dan inflasi mampu ditekan.

"Kita bisa aja mendapatkan izin untuk kuota, tapi sekali lagi walaupun saya dapat izin saya tidak serta merta harus impor. Izin sudah ada Kemarin di Rakortas sudah dicadangkan seperti tadi disampaikan Pak Arif. Tapi pelaksanaannya kan saya melihat produksi produktivitas dalam negeri," tegasnya.

Bulog menargetkan hingga Desember nanti stok beras harus terpenuhi minimal satu juta ton. Apabila pengadaan impor akhirnya dipilih, Buwas menyebut harus dilakukan dengan cepat. Hal itu lantaran beberapa sudah mengeluarkan kebijakan pelarangan ekspor beras.

Namun Buwas masih akan melihat bagaimana Kementan dalam pemenuhan stok beras dalam 6 hari ke depan.

Bulog sudah menyiapkan ancang-ancang apabila komitmen Kementan tak lagi terealisasi. Buwas menyebut, sudah menghubungi beberapa negara yang siap melakukan supply.

Baca Juga: Tingkatkan Penyerapan Beras, Bulog Janji Maksimalkan Seluruh Jaringan yang Ada

"Tapi harus cepat, karena tadi masalah angkutannya, masalah kontainernya, masalah fluktuasi harga, itu juga berbahaya. Karena di beberapa negara ini juga sudah ada ketentuan untuk melarang berasnya diekspor. Nah ini kan kerawanan juga. Kalau ini ternyata di dalam negeri tidak terpenuhi stoknya terus dari mana hayo? kalau semua negara (larang ekspor beras), karena terlambat kita," jelasnya.

Hanya saja, secara resmi kontrak tertulis dengan beberapa negara tersebut belum dilakukan. Buwas mengklaim dengan hubungan baik yang sudah dijalin, beberapa beberapa negara tersebut sudah menyampaikan kesanggupan.

Adapun jumlah kesanggupan yang didapatkan ialah 500.000 ton dengan sebagian besar merupakan beras premium. Pembelian akan dilakukan secara komersial.

"Beberapa negara sudah menyampaikan pada kita dia sanggup dengan jumlah sekian. Oke. Nah tapi dia membatasi. Bilamana sampai nanti akhir November tidak keputusan maka beras itu akan dijual ke negara lain," ungkapnya.

Maka bila dalam 6 hari kerja Kementan belum dapat memenuhi komitmen 600.000 ton untuk diserap Bulog. Kemungkinan alternatif pengadaan luar negeri akan dilakukan.

"Kementan janjinya 6 hari. Ya sudah saya begitu besok besok keputusannya 6 hari tidak ada supply yang sesuai dengan 600, ya Saya tetap tindak lanjut itu," jelasnya.

Langkah tersebut diambil lantaran Bulog tak ingin main-main mengenai pangan. Pasalnya urusan pangan erat kaitannya kebutuhan masyarakat. Maka Keputusan impor nantinya Buwas menegaskan tak ada niat dari Bulog untuk cari untung.

"Sekali lagi, Bulog tidak ada kapasitas untuk cari untung, kita bukan bisnis cari untung tapi untuk ketersediaan. Kita juga berpihak pada petani, tidak akan merugikan petani. Itu yang paling penting. Jadi jangan isu bahwa petani dirugikan, petani akan dikalahkan dengan beras impor. Tidak," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×