Reporter: Ferry Saputra | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menunjukkan data ketimpangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita antarprovinsi pada 2022.
Di mana terdapat 20 provinsi masih berada dalam kategori Lower Middle Income dan hanya 2 provinsi yang masuk dalam high income.
Data tersebut juga menampilkan provinsi penghasil batubara dan Crude Palm Oil (CPO) cenderung memiliki PDRB per kapita tinggi atau kategori upper middle income.
Terkait hal itu, Anggota Komisi XI Fraksi Gerindra DPR RI Gus Irawan Pasaribu menyoroti, provinsi penghasil batubara dan CPO yang dibilang memiliki PDRB per kapita tinggi sebenarnya tak menampilkan keadaan sesungguhnya dari para penduduknya.
Baca Juga: Bappenas: 20 Provinsi Berkategori Lower Middle Income, Hanya 2 yang High Income
Dia meyakini masih banyak yang berstatus miskin. Menurutnya, data tersebut hanya menampilkan hal bagus dari provinsinya saja yang mana berkategori upper middle income.
"Saya kira provinsinya saja Pak Menteri, tetapi kalo rakyatnya belum tentu. Tadinya, saya mau lihat terjadi paradoksal, PDRB daerah bagus, tetapi angka kemiskinannya juga tinggi. Hal itu makin berat lagi," ucap dia saat raker dengan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa di Gedung DPR RI, Rabu (5/4).
Oleh karena itu, Gus Irawan mengaku tak terlalu ingin berpatokan dengan berbagai indikator atau rasio pencapaian pemerintah. Menurut dia, yang paling penting mengusahakan atau menjamin kehidupan rakyat di provinsi menjadi lebih baik dan sejahtera.
"Mau pertumbuhan 5%, asalkan kehidupan rakyat lebih baik dan sejahtera, kemiskinan berkurang, serta pengangguran lebih kecil, ya, saya enggak apa-apa," ungkapnya.
Sementara itu, Gus juga menganggap upaya pemerintah selama ini untuk mengeluarkan Indonesia dari status middle income trap (MIT) yang telah dirasakan dalam 30 tahun terbilang tak optimal.
Dia berpendapat berbagai program banyak dijalankan dengan menambah utang yang lonjakannya sangat luar biasa. Namun, hasil akhirnya berdasarkan indikator yang ditunjukkan rasanya masih jauh dari harapan.
Baca Juga: Sebanyak 152 Proyek Strategis Nasional Telah Selesai dan Beroperasi
"Kami juga merasa ikut bertanggung jawab melihat angkanya, makanya dewan periode kali ini terasa berat seperti itu, Pak. Memang masih dalam rasio yang aman, tetapi lonjakan utang yang sedemikian besar kelihatannya menguap begitu saja dan tidak terlalu berkorelasi dengan berbagai indikator untuk menjadi lebih baik," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News