kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Plus Minus Bila Indonesia Mengimpor Minyak dari Rusia


Rabu, 14 September 2022 / 06:01 WIB
Plus Minus Bila Indonesia Mengimpor Minyak dari Rusia
ILUSTRASI. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku tengah mempertimbangkan untuk membeli minyak dari Rusia.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lonjakan harga minyak dunia bikin pusing pemerintah. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun mengaku tengah mempertimbangkan untuk membeli minyak dari Rusia yang harganya lebih miring.

Pertimbangan ini diambil karena Rusia menawarkan diskon besar-besaran harga minyak. Harganya jauh lebih  murah dibandingkan harga minyak di pasar global.

Analyst Industri Bank Mandiri Ahmad Zuhdi mengatakan kemungkinan besar harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri akan lebih murah jika pemerintah Indonesia mengambil tawaran dari Rusia. Sehingga implikasinya subsidi dan kompensasi bisa ditekan.

"Ural Oil Rusia itu sekarang memang US$ 15 hingga US$ 20 diskon dari brent oil (US$ 93 sekarang). Esensinya kalau kita beli dari Rusia, ya kita beli minyak yang lebih murah. Akhinya, harga BBM nanti di dalam negeri juga akan murah," ujar Zuhdi kepada Kontan.co.id, Selasa (13/9).

Baca Juga: Jokowi Sebut Indonesia Pertimbangkan Beli Minyak Rusia, Ini Respon Kementerian ESDM

Meski begitu, pembelian minyak Rusida akan mengganggu kinerja ekspor dan impor. Sebab akan ada tekanan Internasional lantaran Indonesia bertransaksi dengan Rusia, sehingga bisa saja nanti akan ada negara yang dilarang melakukan ekspor dan impor dengan Indonesia sebagai imbas bertransaksi dengan Rusia.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, pembelian minyak dari Rusia akan berdampak kepada menurunnya harga BBM di dalam negeri. Namun, penurunan tersebut tidak akan langsung, karena Pertamina perlu menghabiskan dulu stok minyaknya yang lama.

"Betul (harga BBM murah), tapi tidak langsung," kata Bhima kepada Kontan.co.id, Selasa (13/9).

Baca Juga: Ekonom Menilai Pembelian Minyak dari Rusia Berisiko

Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengatakan bahwa pembelian minyak Rusia tidak akan sama sekali membuat harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri akan ikut murah.

Hal ini dikarenakan masih banyak biaya lainnya yang perlu diperhitungkan, sebut saja biaya risiko hingga biaya diplomatik.

Oleh karena itu, Fahmy bilang, meski diiming-imingi dengan harga diskon hingga 30%, pembelian minyak Rusia tersebut nantinya akan tetap mahal, sehingga harga BBM di dalam negeri juga tidak akan membuat lebih murah. Selain itu, menurutnya pembelian minyak mentah dari Rusia tidak perlu dilakukan saat ini.

"Saya rasa tidak perlu, kalau dipaksakan menurut saya itu keputusan yang bodoh," ujar Fahmy kepada Kontan.co.id, Selasa (13/9).

Baca Juga: Jokowi Berencana Beli Minyak Mentah Rusia, Ini Kata Ekonom

Tidak hanya itu, menurutnya, pembelian minyak Rusia juga cukup berisiko, negara-negara barat akan mengira bahwa Indonesia membeli minyak Rusia sebagai bentuk dukungan terhadap invasi Ukraina, dan dikhawatirkan keuntungan tersebut akan digunakan Rusia untuk melanjutkan perang.

"Belum lagi kan sekarang sedang terjadi perang, apabila beli minyak dari Rusia saya kira dituju untuk membiayai perang. Ini kan semakin berat," ucapnya.

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira meminta kepada pemerintah untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor minyak mentah. Sehingga apabila terjadi kenaikan harga seperti saat ini, maka tidak akan terlalu membebani negara.

"Sudah waktunya untuk beralih ke energi baru terbarukan (EBT) secara konkrit mengurangi ketergantungan pada minyak mentah. Jadi di geser saja investasinya untuk EBT seperti kendaraan listrik," ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Selasa (13/9).

Baca Juga: Ekonom Menilai Pembelian Minyak dari Rusia Berisiko

Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR Said Abdullah juga meminta kepada pemerintah untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap minyak mentah.

Harga minyak mentah terus mengalami kenaikan dinilai akan semakin memberatkan Indonesia. Pasalnya, Indonesia juga telah menjadi net importir minyak sejak lebih dari satu dekade lalu.

Sehingga dirinya meminta kepada pemerintah untuk segera melakukan kebijakan untuk mengurangi ketergantungan minyak mentah.

"Kita sadar betul kita net importir, tapi kecanduan kita terhadap minyak itu tidak pernah berkurang. Seharusnya begitu kita sadar bahwa kita adalah net importir minyak, maka kebijakannya yang harus berubah," ujar Said dalam Rapat Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Senin (12/9).

Baca Juga: Jokowi Sebut Indonesia Pertimbangkan Beli Minyak Rusia, Ini Respon Kementerian ESDM

Namun Bhima mengatakan, apabila Indonesia memaksa harus melakukan pembelian minyak Rusia, maka bisa dilakukan dengan cara membeli dari negara perantara. Sehingga tidak perlu kemudian secara terbuka ingin membeli minyak Rusia.

"Ingin membeli minyak dari Rusia ngak perlu diumumkan, cukup belinya melalui China, karena kan sekarang China menikmati sebagai trader dari minyak mentah Rusia untuk dijual ke negara lainnya. Itu kan pertamina bisa memanfaatkannya seperti itu," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×