kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Plus Minus Bila Indonesia Mengimpor Minyak dari Rusia


Rabu, 14 September 2022 / 06:01 WIB
Plus Minus Bila Indonesia Mengimpor Minyak dari Rusia
ILUSTRASI. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku tengah mempertimbangkan untuk membeli minyak dari Rusia.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengatakan bahwa pembelian minyak Rusia tidak akan sama sekali membuat harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri akan ikut murah.

Hal ini dikarenakan masih banyak biaya lainnya yang perlu diperhitungkan, sebut saja biaya risiko hingga biaya diplomatik.

Oleh karena itu, Fahmy bilang, meski diiming-imingi dengan harga diskon hingga 30%, pembelian minyak Rusia tersebut nantinya akan tetap mahal, sehingga harga BBM di dalam negeri juga tidak akan membuat lebih murah. Selain itu, menurutnya pembelian minyak mentah dari Rusia tidak perlu dilakukan saat ini.

"Saya rasa tidak perlu, kalau dipaksakan menurut saya itu keputusan yang bodoh," ujar Fahmy kepada Kontan.co.id, Selasa (13/9).

Baca Juga: Jokowi Berencana Beli Minyak Mentah Rusia, Ini Kata Ekonom

Tidak hanya itu, menurutnya, pembelian minyak Rusia juga cukup berisiko, negara-negara barat akan mengira bahwa Indonesia membeli minyak Rusia sebagai bentuk dukungan terhadap invasi Ukraina, dan dikhawatirkan keuntungan tersebut akan digunakan Rusia untuk melanjutkan perang.

"Belum lagi kan sekarang sedang terjadi perang, apabila beli minyak dari Rusia saya kira dituju untuk membiayai perang. Ini kan semakin berat," ucapnya.

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira meminta kepada pemerintah untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor minyak mentah. Sehingga apabila terjadi kenaikan harga seperti saat ini, maka tidak akan terlalu membebani negara.

"Sudah waktunya untuk beralih ke energi baru terbarukan (EBT) secara konkrit mengurangi ketergantungan pada minyak mentah. Jadi di geser saja investasinya untuk EBT seperti kendaraan listrik," ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Selasa (13/9).

Baca Juga: Ekonom Menilai Pembelian Minyak dari Rusia Berisiko



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×