Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Noverius Laoli
Seperti dengan otoritas keuangan BI, OJK, dan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS), dalam rangka menyiapkan langkah-langkah penyelamatan kesehatan dan perekonomian nasional. Khususnya, dengan fokus pada belanja kesehatan, jaring pengaman sosial, serta pemulihan dunia usaha yang terdampak.
Oleh sebab itu, dengan berbagai respons pemerintah ini diharapkan dapat menjaga kekuatan dari first line of defense.
Adapun untuk saat ini, Josua mengimbau agar BI dapat memitigasi potensi risiko likuiditas valuta asing yang dapat terjadi ke depannya.
"Tentunya, dengan tetap menyiapkan penguatan second line of defense dengan bekerja sama dan berkoordinasi dengan bank sentral global, khususnya terkait dengan perjanjian swap bilateral yang perlu dipersiapkan," kata Josua.
Baca Juga: IHSG pekan depan diprediksi terseret kasus virus corona dan pelemahan rupiah
Selanjutnya, apabila kondisi wabah virus Corona bisa mulai membaik setidaknya paling cepat pada awal Kuartal ke-III, maka nilai tukar rupiah bisa mulai membaik dan menguat sampai akhir tahun 2020.
Josua memproyeksikan rupiah bisa berada pada kisaran Rp 15.000 - Rp 16.000 di akhir tahun ini. Namun, hanya berlaku apabila sentimen di pasar juga sudah mulai membaik.
"Jika mulai membaik dan dana asing yang saat ini sudah keluar mungkin sekitar US$ 8 miliar bisa balik lagi ke dalam negeri, sehingga itu akan cukup signifikan untuk bisa mendorong penguatan rupiah," ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News