kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.969.000   -22.000   -1,10%
  • USD/IDR 16.875   -5,00   -0,03%
  • IDX 6.613   -20,90   -0,32%
  • KOMPAS100 952   -3,65   -0,38%
  • LQ45 742   -2,91   -0,39%
  • ISSI 210   0,12   0,06%
  • IDX30 386   -1,41   -0,36%
  • IDXHIDIV20 465   -1,90   -0,41%
  • IDX80 108   -0,27   -0,25%
  • IDXV30 113   -0,30   -0,26%
  • IDXQ30 127   -0,67   -0,52%

IMF Pangkas Proyeksi Ekonomi RI, Sri Mulyani: Masih Moderat Dibanding Negara Lain


Kamis, 24 April 2025 / 13:33 WIB
IMF Pangkas Proyeksi Ekonomi RI, Sri Mulyani: Masih Moderat Dibanding Negara Lain
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh IMF masih tergolong moderat jika dibandingkan negara lain


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan tanggapan mengenai laporan World Economic Outlook (WEO) April 2025 yang dirilis Dana Moneter Internasional (IMF).

Dalam laporan tersebut, IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5,1% menjadi 4,7% atau turun 0,4 poin percentace (pp) pada tahun 2025.

Namun, Sri Mulyani menyebut, penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia ini masih tergolong moderat jika dibandingkan negara lain seperti Thailand (1,1 pp), Vietnam (-0,9 pp), Filipina (0,6 pp), dan Meksiko (1,7 pp).

"Artinya koreksi sebesar 0,4% ini lebih rendah dibandingkan koreksi terhadap negara-negara yang tadi saya sampaikan. Eksposur dari perdagangan internasional mereka lebih besar dan dampak atau hubungan perekonomian mereka terhadap AS juga lebih besar," ujar Sri Mulyani dalam Konferesi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis (24/4).

Baca Juga: IMF Pangkas Prospek Ekonomi Global, Ketegangan Perdagangan Masih Berlanjut

Selain itu, IMF juga memangkas pertumbuhan ekonomi global pada 2025 menjadi hanya 2,8%.

Menurut Sri Mulyani, penurunan ini dipicu eskalasi perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan mitra dagangnya, yang berdampak langsung terhadap menurunnya aktivitas perdagangan internasional. 

Kebijakan tarif resiprokal AS telah memicu retaliasi dari sejumlah negara, termasuk Tiongkok, yang semakin memperburuk hubungan dagang dan memperlemah kepercayaan pelaku usaha.

Ketegangan dagang antara AS dan Tiongkok kembali memanas setelah kedua negara memberlakukan tarif balasan yang telah melampaui 100 persen. 

"Tentu ini akan menambah risiko dalam bentuk kenaikan inflasi dan perlemahan atau bahkan penurunan pertumbuhan ekonomi AS," ujar Sri Mulyani.

Baca Juga: OECD Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI, Sri Mulyani Angkat Bicara

Selanjutnya: Trump: Lebih Sulit Berurusan dengan Ukraina Daripada Rusia

Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Capricorn di Tahun 2025 Seputar Keuangan dan Karier

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×