Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Ekonom Institute Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan Eric Sugandi meramal defisit anggaran 2020 hanya mencapai 6% terhadap produk domestik bruto (PDB). Proyeksi tersebut di bawah perkiraan pemerintah yang memantok defisit tahun ini 6,34% dari PDB.
Eric menyampaikan, defisit anggaran berada di 6% terhadap PDB akibat penyerapan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang lambat karena terkendala penyaluran anggaran. Namun, bila defisit anggaran lebih rendah dari perkiraan pemerintah, maka akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang loyo.
Baca Juga: Belanja pemerintah pusat hingga Juli 2020 mencapai Rp 793,6 triliun
Sebab, dari sisi penerimaan negara sampai akhir Juli 2020 kontraksi 12,4% yoy atau semakin jauh dari proyeksi pemerintah yang memperkirakan minus 10% di akhir tahun ini.
Sementara belanja negara tidak terserap dengan baik, terutama dari belanja non-Kementerian/Lembaga yang merupakan porsi alokasi anggaran terbesar untuk program PEN.
Menurut Eric, sembari pemerintah melakukan intervensi agar aktivitas ekonomi pulih agar konsumsi masyarakat menengah dan atas stabil, penyaluran bantuan sosial (bansos) juga perlu digenjot serta tepat sasaran.
Baca Juga: Menkeu sebut aktivitas ekonomi jadi penentu penerimaan pajak di semester II
Meskipun, kalau hanya dilihat sebagai komponen belanja dari pemerintah, kontribusi Bansos terhadap PDB tidak besar.
“Tapi Bansos ini juga punya multiplier effect via konsumsi rumah tangga sehingga dampak keseluruhan terhadap PDB lebih besar daripada hanya jika membandingkan nilai bansos-nya saja terhadap PDB,” kata Eric kepada Kontan.co.id, Selasa (25/8).
Setali tiga uang, penerima Bansos diharapkan agar membelanjakan uang mereka untuk menaikkan konsumsi. Dus, Eric bilang ini bisa membuat investor meningkatkan investasi, karena sentimen positif dari Bansos memberikan kepercayaan demand lebih kuat.
“Saya lihat program PEN sendiri sudah mengalokasikan dana yang cukup banyak untuk berbagai program, termasuk rumah tangga dan UMKM. Jadi arahnya sudah benar, hanya tinggal mempercepat penyalurannya untuk segera memulihkan demand side dari perekonomian terutama konsumsi rumah tangga dan investasi,” kata Eric.
Baca Juga: Kejar pertumbuhan kinerja, Wikaya Karya (WIKA) perkuat sinergi WIKA Group
Adapun, Eric memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2020 minus 2,2%. Jauh lebih rendah dari prediksi pemerintah di rentang minus 1,1% hingga positif 0,2%.
Sebagai catatan, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, sepanjang Januari sampai Juli 2020 defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencapai Rp 330,8 triliun. Defisit ini setara dengan 2,01% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News