Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
“Ketiga sektor ini menyerap 61,6% pekerja dengan status buruh atau karyawan atau pegawai. Jadi berangkat dari hal tersebut sebenarnya peningkatan pendapatan perkapita secara umum lebih banyak disumbang oleh kelompok pendapatan menengah ke atas,” ungkapnya.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, konsumsi rumah tangga kelas menengah atas yang melambat tercermin dari indikator perlambatan pertumbuhan pajak pertambahan nilai atas barang mewah (PPnBM) yang melambat.
Juga, jumlah penumpang angkutan udara melambat, serta penjualan mobil tak menyumbang sebanyak sumbangan tahun lalu. Sebaliknya, investasi finansial seperti simpanan berjangka justru mengalami penguatan.
“Jadi, ada pergeseran dari konsumsi ke investasi,” tegas Amalia.
Baca Juga: Pertemuan Kelompok, Membina Nasabah Mekaar dan Sebagai Sarana Membayar Angsuran
Secara garis besar, konsumsi rumah tangga kelas menengah atas yang melambat ini juga menjadi pertumbuhan ekonomi di 2023 lebih rendah jika dibandingkan 2022. Sebab, sumber pertumbuhan ekonomi paling besar berasal dari konsumsi rumah tangga.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 tercatat sebesar 5,05% year on year (yoy), lebih rendah dari 2022 yang sebesar 5,31% yoy.
Pertumbuhan ekonomi 2023 ini hanya ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 2,55%, atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2022 sebesar 2,62%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News