kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.707.000   -1.000   -0,06%
  • USD/IDR 16.310   25,00   0,15%
  • IDX 6.803   14,96   0,22%
  • KOMPAS100 1.005   -3,16   -0,31%
  • LQ45 777   -4,08   -0,52%
  • ISSI 212   1,22   0,58%
  • IDX30 402   -2,62   -0,65%
  • IDXHIDIV20 484   -3,58   -0,73%
  • IDX80 114   -0,52   -0,46%
  • IDXV30 119   -0,94   -0,79%
  • IDXQ30 132   -0,40   -0,30%

Penasihat Presiden: Ekonomi Indonesia Perlu Beralih dari Komoditas Menjadi Manufaktur


Kamis, 20 Februari 2025 / 15:39 WIB
Penasihat Presiden: Ekonomi Indonesia Perlu Beralih dari Komoditas Menjadi Manufaktur
ILUSTRASI. Penasihat Khusus Presiden, Bambang Brodjonegoro mengatakan Indonesia harus melakukan transformasi ekonomi dari berbasis komoditas jadi manufaktur. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/foc,


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penasihat Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro menegaskan, Indonesia memiliki peluang untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8% yang pernah terjadi pada tahun 1994-1995.

Namun, untuk mencapai angka tersebut, Indonesia harus melakukan transformasi ekonomi dari berbasis komoditas menjadi manufaktur.

"Jadi karena ekonomi kita saat ini masih terlalu banyak berbasis komoditas, maka kita betul-betul harus mulai transformasi ekonomi dari berbasis komoditas menjadi lebih berbasis manufaktur," ujar Bambang dalam acara Bloomberg Technoz Economic Outlook 2025, Kamis (20/2).

Baca Juga: Prabowo Terbitkan Paket Stimulus Ekonomi untuk Dongkrak Daya Beli Masyarakat

Menurutnya, kunci utama dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi terletak pada sektor manufaktur, sebagaimana yang dilakukan oleh negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan China.

Saat ini, kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 19%, tetapi angka tersebut belum cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

"Salah satu syaratnya kalau kita mau pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dari 5% menjadi 6%, 7%, atau mudah-mudahan 8% itu harus dengan melakukan reindustrialisasi. Kita harus punya pertumbuhan manufaktur yang lebih tinggi," katanya.

Baca Juga: Sederet Stimulus Ramadan-Idul Fitri: Diskon Tiket Pesawat, Tarif Tol & Diskon Belanja

Ia menyebut, pertumbuhan manufaktur Indonesia pada tahun lalu yang hanya 5% belum cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ke level yang lebih tinggi.

Bambang menjelaskan bahwa Jepang, Korea Selatan dan China mengandalkan dua jenis produk manufaktur utama, yakni otomotif dan elektronik.

Oleh karena itu, Bambang menilai Indonesia juga perlu memperkuat industri di kedua sektor tersebut guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan berkelanjutan.

Selanjutnya: Pemerintah Godok Skema Diskon Tarif Pesawat Lebaran 2025, Begini Respons AirAsia

Menarik Dibaca: Promo Alfamidi Ngartis 16-28 Februari 2025, Nutrijell-Betadine Beli 1 Gratis 1

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×