Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menambahkan, target inflasi yang ditetapkan bersama pemerintah telah memperhitungkan segala faktor risiko eksternal maupun domestik. Itu sebabnya, BI pun cukup optimistis target inflasi pada kisaran 3% mampu dicapai tahun ini.
“Harga komoditas global yang mungkin naik, atau dampak virus corona, atau penyesuaian harga diatur pemerintah sudah diperhitungkan sehingga kami cukup confidence dan tidak ada perubahan stance terkait inflasi dan kebijakan BI ke depan yang tetap akomodatif,” tutur Dody.
Baca Juga: Survei BI: Penjualan eceran di kuartal IV-2019 tumbuh 1,5%
Sementara Tim Ekonom Bank Mandiri memproyeksi inflasi tahun ini sebesar 3,3%, lebih tinggi dibandingkan tahun lalu meski masih dalam sasaran target pemerintah dan BI.
Kepala Ekonom Mandiri Andry Asmoro mengatakan, kenaikan inflasi salah satunya dipicu oleh kenaikan cukai rokok yang mencapai 25% sehingga harga rokok secara keseluruhan (blended price) diprediksi naik sekitar 15%-18%. Dampaknya ke inflasi diperhitungkan mencapai 0,2%.
Namun di sisi lain, Mandiri memandang inflasi permintaan mestinya tidak terjadi seiring dengan proyeksi kondisi cuaca yang lebih baik tahun ini. Organisasi Metereologi Dunia memprediksi tingkat probabilitas terjadinya El-Nino pada Januari-Februari 2020 hanya sekitar 30%, jauh lebih rendah dari periode sama tahun lalu yang mencapai 75%-80%.
Baca Juga: Krisis utang akut, Argentina tunda pembayaran obligasi senilai Rp 2,013 triliun
Begitu juga probabilitas pada Februari-Mei 2020 yang hanya 25%, dibandingkan tahun lalu yang mencapai 60%. “BMKG pun memprediksi cuaca yang normal di sepanjang semester I-2020 sehingga harga bahan pangan bisa lebih terkendali,” tulis Andry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News