Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) yang dikomando oleh Kementerian Koordinator bidang Perekonomian meyakini tingkat inflasi sepanjang tahun ini bisa tetap terjaga rendah dalam kisaran target 3,0% ± 1%.
Baik komponen inflasi inti, inflasi harga barang yang diatur pemerintah (administered prices), maupun inflasi harga bahan pangan bergejolak (volatile food), diperkirakan terkendali sehingga target inflasi umum yang rendah pun bisa tercapai.
Baca Juga: Pemerintah menetapkan target inflasi bahan pangan bergejolak tahun 2020
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan, tingkat inflasi volatile food pada tahun lalu memang relatif tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu 4,3% yoy.
Pada tahun 2017 dan 2018, inflasi volatile food masing-masing hanya sebesar 3,39% dan 2,46% yoy. “Tahun lalu penyebab inflasi volatile food itu tinggi karena faktor cuaca. Kita lihat tahun lalu kering hampir sepanjang tahun sehingga mengganggu waktu musim panen,” tutur Iskandar, Kamis (13/2).
Kendati begitu, Iskandar mengatakan, tahun ini TPIP memutuskan untuk menetapkan target inflasi volatile food pada kisaran 4,0% ± 1%. Lantas, target inflasi bisa tetap terkendali rendah di tahun ini.
Baca Juga: Airlangga Hartarto apresiasi kinerja TPIP kendalikan inflasi 2019
Iskandar juga memastikan bahwa sampai saat ini belum ada keputusan pemerintah yang dapat memengaruhi inflasi administered price di tahun 2020. Oleh karena itu, ia berharap masyarakat tak khawatir berlebihan terhadap isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), gas LPG, atau tarif dasar listrik.
“Kebijakan-kebijakan itu belum pernah dirapatkan oleh pemerintah kok. Lagipula sesuai arahan Presiden, segala kebijakan yang sifatnya strategis dan berdampak luas bagi masyarakat harus diputuskan oleh Presiden. Jadi meski merupakan kewenangan kementerian teknis, tetap harus oleh Presiden,” tandas Iskandar.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menambahkan, target inflasi yang ditetapkan bersama pemerintah telah memperhitungkan segala faktor risiko eksternal maupun domestik. Itu sebabnya, BI pun cukup optimistis target inflasi pada kisaran 3% mampu dicapai tahun ini.
“Harga komoditas global yang mungkin naik, atau dampak virus corona, atau penyesuaian harga diatur pemerintah sudah diperhitungkan sehingga kami cukup confidence dan tidak ada perubahan stance terkait inflasi dan kebijakan BI ke depan yang tetap akomodatif,” tutur Dody.
Baca Juga: Survei BI: Penjualan eceran di kuartal IV-2019 tumbuh 1,5%
Sementara Tim Ekonom Bank Mandiri memproyeksi inflasi tahun ini sebesar 3,3%, lebih tinggi dibandingkan tahun lalu meski masih dalam sasaran target pemerintah dan BI.
Kepala Ekonom Mandiri Andry Asmoro mengatakan, kenaikan inflasi salah satunya dipicu oleh kenaikan cukai rokok yang mencapai 25% sehingga harga rokok secara keseluruhan (blended price) diprediksi naik sekitar 15%-18%. Dampaknya ke inflasi diperhitungkan mencapai 0,2%.
Namun di sisi lain, Mandiri memandang inflasi permintaan mestinya tidak terjadi seiring dengan proyeksi kondisi cuaca yang lebih baik tahun ini. Organisasi Metereologi Dunia memprediksi tingkat probabilitas terjadinya El-Nino pada Januari-Februari 2020 hanya sekitar 30%, jauh lebih rendah dari periode sama tahun lalu yang mencapai 75%-80%.
Baca Juga: Krisis utang akut, Argentina tunda pembayaran obligasi senilai Rp 2,013 triliun
Begitu juga probabilitas pada Februari-Mei 2020 yang hanya 25%, dibandingkan tahun lalu yang mencapai 60%. “BMKG pun memprediksi cuaca yang normal di sepanjang semester I-2020 sehingga harga bahan pangan bisa lebih terkendali,” tulis Andry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News