Reporter: Epung Saepudin | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Pemerintah memprediksi, fenomena alam El Nino yang akan terasa di akhir 2009 hingga 2010 tidak akan seburuk seperti yang terjadi pada 1997 lalu. "Saat ini, suhu air laut masih hangat sehingga kekeringan tidak akan separah 1997 lalu," ujar Bayu Krisna murti Deputi Menko Perekonomian Pertanian dan Kelautan, di kantor Menko, Senin (27/7).
Bayu bilang, Badan Klimatologi Meteorologi dan Geofisika (BKMG) akan memaparkan fenomena El Nino dan dampaknya bagi sektor pertanian pada awal Agustus mendatang. Dari informasi yang diperolehnya, El Nino masih dalam tahap moderat selama September-Oktober. “Pada November-Januari, tahap moderat akan menjadi kuat," ujarnya.
Bayu menegaskan, sejak Maret lalu, pemerintah sudah mengantisipasi berbagai kemungkinan terburuk El Nino. Karenanya, pemerintah mengantisipasi berbagai kemungkinan, seperti masalah ketersediaan dan kontinuitas pasokan pangan dan stabilitas harga. "Dulu ketika 1997, pasokan ada tapi barang naik. Kami cegah agar tidak terulang," tegasnya.
Untuk mencegah fluktuasi komoditas, pemerintah akan memperbesar cadangan beras dalam kendali pemerintah, cadangan operasional yaitu beras bersubsidi, dan cadangan beras untuk bencana dan lainnya. "Hingga akhir tahun, cadangan beras akan mencapai 1,6 juta ton," ujar Bayu.
Pemerintah berharap, Bulog bisa menjadi penguasa stok sehingga tidak menimbulkan spekulasi harga di pasar. "Jika terjadi gerakan harga, itu semata supply and demand bukan spekulatif," imbuhnya.
Pemerintah sadar, El Nino akan berdampak pada masyarakat berpendapatan rendah. Jumlahnya mencapai 17,5 juta orang. "Karenanya, kami mempersiapkan dana siaga stabilitas pangan sebesar Rp 2 triliun untuk melakukan intervensi pasar misal subsidi harga," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News