kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Pemerintah Berencana Tarik Utang Baru Rp 648 Triliun di 2024


Jumat, 18 Agustus 2023 / 13:03 WIB
Pemerintah Berencana Tarik Utang Baru Rp 648 Triliun di 2024
ILUSTRASI. Pemerintah berencana menarik utang senilai Rp 648 triliun pada 2024 mendatang. Pembiayaan utang ini naik 14,9% dari outlook tahun ini sebesar Rp 406,4 triliun.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana menarik utang senilai Rp 648 triliun pada 2024 mendatang. Pembiayaan utang ini naik 14,9% dari outlook tahun ini sebesar Rp 406,4 triliun.

Namun, jika dibandingkan dengan target pembiayaan utang dalam APBN 2023 yang sebesar Rp 696,3 triliun, target tersebut sebenarnya jauh lebih rendah.

Adapun pembiayaan utang tersebut juga dirancang untuk menutup defisit anggaran tahun depan yang ditargetkan sebesar Rp 522,8 triliun atau 2,29% dari produk domestik bruto (PDB).

Mengutip Buku II Nota Keuangan RAPBN 2024, dari total pembiayaan utang tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) neto yang paling mendominasi sebesar Rp 666,4 triliun. naik dibandingkan outlook 2023 sebesar Rp 362,9 triliun.

Baca Juga: Kabar Baik! Pemerintah Siapkan Rp 52 Triliun untuk Kenaikan Gaji ASN

Sementara itu, pinjaman dalam negeri direncanakan Rp 600 milliar dan pinjaman luar negeri Rp 17,7 triliun. Pinjaman luar negeri ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan target tahun ini.

Selain untuk menutup defisit APBN, pembiayaan utang juga dipergunakan untuk membiayai pengeluaran pembiayaan, seperti pembiayaan investasi, pemberian pinjaman, serta kewajiban penjaminan.

Pada tahun 2024, pemerintah berharap kondisi perekonomian diharapkan semakin pulih ditopang pemulihan ekonomi negara Asia termasuk China dan India. Hal ini diharapkan dapat mendorong ekonomi domestik tumbuh semakin solid dan mendorong peningkatan penerimaan negara sehingga defisit APBN dapat ditekan kembali dan pembiayaan utang semakin menurun.

Namun demikian, masih terdapat risiko yang perlu diwaspadai. Dalam jangka pendek, risiko global terutama bersumber dari konflik geopolitik Rusia dan Ukraina yang belum terselesaikan serta moderasi harga komoditas yang dapat berdampak pada penurunan pendapatan negara, serta volatilitas pasar keuangan global juga masih perlu dicermati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×