Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Target pertumbuhan 5,7% dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 sudah hampir dipastikan sulit direalisasikan. Untuk itu, pemerintah melakukan penghitungan ulang di mana pertumbuhan realistis tahun ini berada di bawah 5,7%.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemkeu) Suahasil Nazara mengatakan angka pertumbuhan yang lebih masuk akal tahun ini adalah 5,4%-5,5%. Proyeksi ini sama dengan outlook Bank Indonesia (BI) yang melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini ke arah 5,4%. Kalaupun jalan pertumbuhan bagus dengan investasi pemerintah yang bisa digenjot, pertumbuhan maksimal tahun ini pun hanya 5,6%.
Ia menjelaskan, yang bisa mendorong pertumbuhan sesuai target 5,7% adalah semua komponen mulai dari pemerintah, konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor. Hanya saja, dari semua komponen itu, diakuinya yang hanya bisa jadi andalan adalah pemerintah. "Ekspor bukan andalan kita tahun ini. Yang mesti jadi andalan sekarang ini adalah pengeluaran pemerintah," ujarnya, Kamis (23/4).
Alhasil, potensi menuju 5,7% pun mengempis. Ekspor tidak bisa diharapkan karena pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang Indonesia seperti China, Eropa dan Jepang merosot. Hanya Amerika yang tumbuh itu pun sedang dalam tahap pemulihan.
Nilai tukar rupiah yang terdepresiasi hingga cenderung mengarah ke level Rp 13.000 per dollar Amerika Serikat (AS) memang membuat produk ekspor dalam negeri menjadi lebih kompetitif. Namun di sisi lain impor konten tertekan karena harga menjadi mahal.
Impor yang tertekan sudah bisa terlihat dari data tiga bulan pertama 2015 di mana impor drop hingga 15,1% menjadi US$ 36,7 miliar bila dibanding periode yang sama tahun lalu. Alhasil triwulan pertama neraca dagang mencatat surplus hingga US$ 2,43 miliar. Nilai ini jauh lebih tinggi dibanding surplus Januari-Maret 2014 yang sebesar US$ 1,07 miliar.
Konsumsi rumah tangga pun dalam trend menurun. Dengan pertumbuhan yang lebih rendah ini, Suahasil mengakui target tingkat kemiskinan sebesar 10,3% dan tingkat pengangguran 5,6% tahun ini menjadi sulit tercapai.
Maka dari itu, mau tidak mau belanja pemerintah harus didorong untuk dijalankan secepat mungkin. Satu-satunya komponen yang bisa diandalkan adalah investasi pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News