kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.707.000   -1.000   -0,06%
  • USD/IDR 16.310   25,00   0,15%
  • IDX 6.803   14,96   0,22%
  • KOMPAS100 1.005   -3,16   -0,31%
  • LQ45 777   -4,08   -0,52%
  • ISSI 212   1,22   0,58%
  • IDX30 402   -2,62   -0,65%
  • IDXHIDIV20 484   -3,58   -0,73%
  • IDX80 114   -0,52   -0,46%
  • IDXV30 119   -0,94   -0,79%
  • IDXQ30 132   -0,40   -0,30%

Pembelian Gabah Masih di Bawah HPP Rp 6.500, Pengamat Soroti Kualitas Gabah


Senin, 17 Februari 2025 / 17:46 WIB
Pembelian Gabah Masih di Bawah HPP Rp 6.500, Pengamat Soroti Kualitas Gabah
ILUSTRASI. Pekerja menjemur gabah kering hasil panen di Gatak, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (6/2/2025). Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memperkirakan wilayahnya mampu memproduksi 4,8 juta ton gabah kering atau setara 2,3 juta ton beras periode Februari hingga April, hasil tersebut berdasarkan perkiraan luas panen padi di wilayah Jawa Tengah yang diperkirakan mencapai 688.000 hektare lahan. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/foc.


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori menyebutkan beberapa faktor penyebab yang membuat penyerapan gabah di pengilingan dibeberapa daerah masih di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp 6.500 per kilogram (Kg).

Khudori menjelaskan, dirinya mendapatkan laporan di sejumlah daerah harga pembelian gabah sudah semakin tinggi, pasalnya saat ini belum memasuki musim panen sehingga stok gabah belum banyak.

Menurutnya, bila harga gabah masih di bawah HPP itu dikarenakan kualitas gabah yang tidak bagus, sebab beberapa daerah mendapati lahannya banjir sehingga para petani melakukan panen dini.

“Saya mendapatkan beberapa laporan itu karena memang gabahnya gak bagus, gabah karena jatuh misalnya banjir, ya padi yang sebetulnya kalau situasi normal itu belum waktunya panen,” ujarnya kepada KONTAN, Senin (17/2).

Baca Juga: Harga Gabah di Sumsel Anjlok, Bapanas Minta Penggiling Serap Gabah Rp 6.500 Per kg

Alasan lainnya, lanjut Khudori, kurangnya sinar matahari dalam melakukan pengeringan gabah karena curah hujan yang tinggi sehingga mempengaruhi kualitas gabah.

Di samping itu, dia menyoroti, dengan adanya HPP gabah Rp 6.500 ini pemerintah perlu melihat kualitas produksi gabah, dan tidak semua gabah dipukul rata sebesar HPP tersebut. Pasalnya, bila petani memiliki kualitas yang baik dan diberi harga demikian maka mereka bakal rugi.

“Menurut saya satu catatan dari HPP Rp 6.500 itu perlu ada penyesuaian harga pembelian beras di tingkat Bulog, karena harganya (saat ini) cuma Rp 12.000,” terangnya.

Baca Juga: Penggilingan Bantah Tak Jual Gabah Sesuai HPP, Perpadi: Justru di Atas

Selain itu, lanjut Khudori, perlu ada penyesuaian Harga Eceran Tertinggi (HET) beras sebab adanya kenaikan bahan baku seiring kenaikan HPP gabah dari Rp 6.000 menjadi Rp 6.500.

“Ketika bahan bakunya naik tentu outputnya barang jadinya itu pasti naik, tapi itu yang tidak disesuaikan itu pasti berat buat pedagang, penggilingan beras,” pungkasnya.

Baca Juga: Pemerintah Mengawasi Ketat Pembelian Gabah di Lapangan

Selanjutnya: Robert Kiyosaki Peringatkan Potensi Krisis Ekonomi Besar dan PHK Massal

Menarik Dibaca: 4 Cara Menggunakan Garam Himalaya untuk Kulit dan Rambut, Bisa untuk Eksfoliasi!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×