Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Surplus neraca perdagangan Indonesia diperkirakan berlanjut hingga bulan September 2017. Namun, besarannya lebih rendah dari surplus Agustus yang tercatat US$ 1,72 miliar.
Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Moneter Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo memperkirakan, surplus neraca perdagangan dari sisi nonmigas saja akan mencetak surplus besar lebih dari US$ 2 miliar.
Namun, Dody belum bisa memperkirakan kondisi neraca perdagangan migas. "Biasanya neraca migas defisit," kata Dody kepada Kontan.co.id, Kamis (12/10).
Ekonom Maybank Indonesia Juniman memperkirakan, neraca perdagangan September diperkirakan kembali mencatat surplus sebesar US$ 1,5 miliar, lebih rendah dari bulan sebelumnya. Ia memperkirakan, baik ekspor maupun impor masing-masing sebesar US$ 15,34 miliar dan US$ 13,84 miliar, naik dari bulan sebelumnya dan periode yang sama pada tahun 2016.
Peningkatan ekspor, lanjut Juniman, didorong oleh kenaikan pada harga komoditas minyak mentah, batubara, minyak kelapa sawit (CPO), emas, dan timah. Tak hanya itu, kenaikan ekspor didorong oleh perbaikan ekonomi mitra dagang Indonesia seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Singapura, dan China.
"Dengan perbaikan itu, permintaan barang dari Indonesia meningkat. Volumenya juga demikian," kata Juniman.
Dari sisi impor, kenaikannya juga dipicu oleh kenaikan harga komoditas yang membuat impor migas mengalami kenaikan, setelah turun di Agustus lalu. Ia juga mengatakan, impor bahan baku dan barang modal di September mengalami peningkatan yang didorong oleh percepatan pembangunan infrastruktur.
"Sedangkan impor barang konsumsi kami perkirakan tidak ada kenaikan lagi setelah ada lonjakan di Agustus kemarin. Walaupun penurunannya juga tidak banyak," tambahnya.
Dengan perkembangan ini, ia memperkirakan kinerja ekspor sebagai salah satu komponen yang berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 3% year on year (YoY) di kuartal ketiga tahun ini, sedikit melambat dibandingkan kuartal kedua yang tumbuh 3,36% YoY.
Ekonom Bank Central Asial (BCA) David Sumual memperkirakan, surplus neraca dagang September hanya akan mencapai US$ 1,2 miliar. Kinerja ekspor diramal naik dibanding Agustus dan dibanding September 2016, terutama karena kenaikan harga komoditas batubara.
Sementara kinerja impor, diperkirakan naik sedikit dibanding Agustus, khususnya pada impor bahan baku atau penolong dan impor barang konsumsi. "Itu bottomnya. Aktivitas ritel, properti, infrastruktur tampaknya membaik, penjualan semen juga bagus," kata David kepada KONTAN, Kamis (12/10).
Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga memproyeksi neraca dagang bulan lalu akan mencetak surplus US$ 1,25 miliar. Menurutnya, ekspor akan meningkat dibanding Agustus, namun impor sedikit lebih rendah.
"Permintaan impor masih belum begitu cukup kuat. Hal ini tercermin dari kinerja manufaktur dari purcashing managers index belum kuat, meski di atas 50 yang artinya masih ada di dalam tahap ekspansi," kata Josua.
Meski demikian, Josua bilang kinerja ekspor dan impor cukup baik hingga akhir tahun. Hal itu akan membuat neraca perdagangan hingga akhir 2017 bertahan mencatat surplus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News