Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti belum tercapainya kesepakatan atas Pilar 1 dalam pembahasan perpajakan global di forum G20 Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) Meeting yang digelar di Afrika Selatan.
Menurut Sri Mulyani, finalisasi Pilar 1 sangat penting untuk menciptakan sistem perpajakan internasional yang adil dan memberikan kepastian bagi semua negara.
Baca Juga: Sri Mulyani Tegaskan Pentingnya Sistem Perpajakan Global yang Adil di Forum G20
"Penundaan dalam finalisasi Pilar 1, ditambah dengan maraknya kebijakan pajak layanan digital secara unilateral, berisiko memecah belah sistem dan melemahkan kepastian perpajakan," ujar Sri Mulyani dalam keterangannya, Senin (21/7).
Menanggapi hal tersebut, pengamat pajak dari Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Fajry Akbar menilai, Indonesia perlu mendorong agar kebijakan Pilar 1 segera disepakati dan berpihak kepada negara berkembang.
Menurutnya, Pilar 1 merupakan representasi dari kepentingan negara-negara berkembang seperti Indonesia.
“Kebijakan ini diperlukan agar sistem perpajakan internasional lebih adil dan tidak hanya menguntungkan negara-negara maju,” kata Fajry kepada Kontan.co.id.
Fajry mengingatkan, jika implementasi Pilar 1 terus ditunda, maka dampaknya bisa merugikan pelaku usaha, terutama perusahaan multinasional yang masuk dalam cakupan kebijakan ini. Dampak tersebut juga bisa dirasakan secara tidak langsung oleh konsumen.
Baca Juga: Indonesia Bisa Memaksa AS Bayar Pajak Global
“Penundaan ini bisa mendorong negara-negara lain untuk mengambil langkah unilateral, dan kebijakan unilateral justru akan menciptakan ketidakpastian bagi dunia usaha,” jelasnya.
Jika ketidakpastian ini terus berlanjut, pelaku usaha dikhawatirkan akan hengkang dari suatu negara dan konsumen tidak lagi bisa menikmati produk atau layanan mereka.
“Saya berharap Indonesia tetap konsisten mendorong penyelesaian secara multilateral, bukan unilateral, karena kebijakan sepihak terlalu berisiko di tengah situasi perang dagang global saat ini,” pungkas Fajry.
Selanjutnya: SCG Fokus pada Inovasi Berkelanjutan untuk Dorong Pertumbuhan Bisnis di Indonesia
Menarik Dibaca: Sisa 11 Hari Lagi, Tiket Diskon Kereta Api Sudah Terjual 89%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News