kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

MPR minta pemerintah mediasi konflik di Mesir


Senin, 29 Juli 2013 / 10:32 WIB
MPR minta pemerintah mediasi konflik di Mesir
ILUSTRASI. Prajurit Pasukan Bela Diri Darat Jepang (JGSDF).


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Krisis politik berkepanjangan yang terjadi di Mesir mendapat sorotan wakil rakyat di Indonesia. Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saefuddin, mengutuk keras pengambilalihan kekuasaan yang dilakukan kalangan militer.

Menurut dia, selain menyebabkan jatuhnya korban jiwa, upaya mempertahankan kekuasaan dengan cara kekerasan yang dilakukan militer Mesir bukan menjadi langkah penyelesaian yang beradab.

Untuk itu, Lukman menilai, konflik berdarah antara pendukung mantan Presiden Muhammad Mursi dengan pihak militer tidak berkepanjangan. "Masyarakat Mesir harus didorong untuk mau dan mampu menyelesaikan masalahnya dengan musyawarah antarmereka di meja perundingan secara damai," kata Lukman kepada KONTAN, Senin, (29/7)

Wakil Ketua Umum DPP PPP itu mendesak Pemerintah Indonesia bersikap proaktif atas masalah yang terjadi di Mesir. Apalagi, Indonesia dan Mesir merupakan negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang memiliki sejarah panjang dalam hubungan politik.

Lukman menuturkan, sikap proaktif tersebut bisa berupa menawarkan diri menjadi mediator untuk terwujudnya rekonsiliasi di antara para pihak yang bertikai di Mesir.

Sesungguhnya, lanjut Lukman, Indonesia memiliki tanggungjawab besar untuk tetap menjaga dan memelihara perdamaian di Mesir sebagai negara dengan kekayaan budaya dan peradaban masa lalu.

Selain itu, Mesir juga merupakan negeri yang telah memberikan kontribusi bagi kemajuan peradaban dunia masa kini dan mendatang. "Mesir tak boleh dibiarkan berada dalam proses memasuki perang saudara yang tak hanya menyusahkan rakyatnya, tetapi juga merugikan warga dunia," imbuh Lukman.

Sebagaimana diketahui, eskalasi kerusuhan di Mesir semakin meningkat tajam. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Mesir, korban tewas akibat bentrokan mencapai 72 orang.

Bentrokan antara pendukung Mursi dengan militer terus terjadi berkepanjangan. Bentrokan pertama terjadi pada 6 Juli lalu. Bentrokan ini sendiri menimbulkan kecaman dari berbagai kekuatan politik Mesir, baik kubu Islamis maupun Liberal-Sekuler.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×