Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman membeberkan alasan sejumlah penggilingan padi kecil yang mulai berhenti beroperasi.
Amran menegaskan bahwa hla itu bukan fenomena baru. Menurutnya ini terjadi karena ada ketidakseimbangan dengan produksi padi nasional dan kapasitas penggilingan.
Amran menjelaskan saat ini ada 3 klaster penggilingan yakni penggiling skala kecil mencapai 161 usaha, menengah 7.300 usaha dan besar 1.065 usaha.
Kemudian total produksi untuk skala penggilingan asja mencapai 116 juta ton per tahun. Sementara produksi padi nasional hanya sekitar 65 juta ton per tahun, jauh di bawah kapasitas giling yang tersedia.
"Artinya, kapasitas giling jauh melampaui jumlah produksi sehingga banyak mesin yang menganggur," kata Amran dalam keterangan resminya, Senin (18/8/2025).
Selain itu, Amran mengatakan faktor musiman juga ikut menjelaskan mengapa sebagian penggilingan tidak beroperasi.
Baca Juga: Produksi Padi Merosot, BPS Catat Lonjakan Harga Beras di Bulan Juni 2025
Produksi padi Indonesia didominasi pada semester pertama, yakni Januari hingga Juni, yang menyumbang sekitar 70 persen produksi nasional. Akibatnya, sebagian besar gabah sudah digiling di periode itu, sedangkan pada semester kedua pasokan bahan baku berkurang.
Menurutnya, ketimpangan harga antara penggilingan besar dan kecil turut menambah beban. Pemain besar mampu membeli gabah dengan harga lebih tinggi sehingga menggeser ruang gerak penggilingan kecil.
“Yang besar harusnya tidak masuk mengganggu yang kecil. Karena yang kecil, kalau dia beli Rp6.500, yang besar beli Rp6.700. Kalau yang kecil naik Rp6.700, yang besar beli Rp 7.000. Artinya, yang kecil terganggu,” tegasnya.
Meski begitu, Amran melihat dinamika pasar belakangan justru membawa dampak positif yakni adanya penurunan penjualan beras premium di supermarket modern diikuti dengan peningkatan permintaan di pasar tradisional.
"Hal ini memberi kesempatan bagi penggilingan kecil untuk kembali mendapatkan pasokan," urai Amran.
Baca Juga: BPS: Potensi Panen Padi Mei–Juli 2025 Capai 2,64 Juta Hektare
Amran menilai penting untuk meluruskan pemahaman publik. Dengan stok beras yang hanya sekitar 23 juta ton tersisa di sisa tahun berjalan dan kapasitas giling terpasang hingga 165 juta ton, wajar bila tidak semua penggilingan bisa beroperasi penuh.
Amran bilang kondisi ini membuat penggilingan kecil kerap kalah bersaing dalam harga.
“Kalau berasnya saat ini tinggal 23 juta, gak banyak, kapasitas pabrik seluruhnya itu 165 juta, tentu kan tidak kebagian yang kecil. Kenapa yang kecil? Kalah bersaing dalam harga. Nah, ini mudah-mudahan akan terbentuk struktur pasar baru,” ujarnya.
Selain faktor kapasitas dan distribusi, Amran juga menyoroti adanya praktik kecurangan yang ikut mengerek harga beras. Ia mengungkapkan bahwa ada pihak-pihak yang menaikkan harga secara tidak wajar, jauh di atas harga seharusnya.
“Nah, setelah itu diperparah lagi dengan harga dan kualitas yang tidak benar. Itu mengangkat harga. Dan itu sudah berapa tersangka ditetapkan” ungkapnya.
Baca Juga: Prabowo: Penggilingan Padi yang Membeli Murah Gabah Petani akan Dicabut Izin Usahanya
Berdasarkan pemantauan terbaru, Amran menyebut harga beras sudah mulai mengalami penurunan di sejumlah daerah, meski di beberapa wilayah lain masih bertahan.
Amran membantah anggapan bahwa tingginya harga beras saat ini disebabkan penyerapan besar oleh Bulog. Ia menekankan bahwa Bulog hanya menyerap sekitar 8% dari total beras yang beredar, sedangkan sisanya dikuasai oleh swasta.
“Ada pengamat tuh mengatakan kenapa harga tinggi, karena Bulog serap banyak, benar nggak? Sekarang adalah yang diserap itu Bulog hanya 8%. 2,8 juta ton dibagi dengan 34 juta ton itu sama dengan 8%. Swasta serap 92%.” pungkasnya.
Baca Juga: Banyak Penggilingan Padi Berhenti Operasi, Rantai Tata Niaga Beras Jadi Sorotan
Selanjutnya: Loyo di Pekan lalu, Dolar AS Bergerak Stabil di Awal Pekan Ini
Menarik Dibaca: 6 Cara Mengatasi WC Mampet yang Efektif, Yuk Coba
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News