Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kepala Ekonom PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Banjaran Surya Indrastomo menilai kebijakan pembukaan akses mineral kritis Indonesia ke Amerika Serikat (AS) berpotensi memperkuat nilai perdagangan bilateral kedua negara.
Menurut Banjaran, penurunan tarif impor AS, bahkan hingga 0% untuk sejumlah komoditas, akan meningkatkan daya saing ekspor Indonesia. Kebijakan tersebut diperkirakan berpotensi menambah nilai ekspor Indonesia hingga US$ 9,4 miliar pada 2026.
Di sisi lain, Indonesia juga berkomitmen menghapus tarif atas sekitar 99% produk asal AS. Langkah ini diproyeksikan mendorong peningkatan impor, terutama untuk sektor bernilai tinggi, dengan estimasi tambahan impor mencapai US$ 13,5 miliar.
Baca Juga: Buka Akses Mineral Kritis ke AS Demi Tarif 0% Komoditas, Ekonom: Indonesia Rugi
"Dampak bersih kebijakan tarif AS yang mengubah landscape perdagangan global diperkirakan tetap positif terhadap surplus neraca perdagangan Indonesia, dengan potensi kenaikan surplus sekitar US$ 13 miliar," ungkap Banjaran kepada Kontan, Selasa (30/12/2025).
Lebih lanjut, terkait ekspor nikel Indonesia yang cenderung ke negara China, disebut Banjaran hal tersebut karena pengaruh struktur rantai pasok global yang hingga kini masih terkonsentrasi di Tiongkok.
"Terbatasnya penyerapan nikel Indonesia oleh AS kami lihat bukan disebabkan preferensi penjualan ke Tiongkok, melainkan struktur rantai pasok global yang masih terkonsentrasi di negara tersebut," ungkap Banjaran.
Ia menyebut, sekitar 78% ekspor nikel Indonesia terserap pasar Tiongkok karena produk pengolahan domestik Indonesia dapat langsung diserap oleh industri di negara tersebut.
Baca Juga: Ekonom Ingatkan Kesepakatan Mineral Kritis Indonesia dengan AS Harus Fair
Sementara itu, AS dinilai masih memiliki kapasitas smelting dan refining nikel yang terbatas, khususnya untuk mendukung industri baterai dan kendaraan listrik (electric vehicle/EV), sehingga belum mampu menyerap pasokan nikel Indonesia secara optimal.
Lebih lanjut, Banjaran menilai pembukaan akses mineral kritis ke AS merupakan langkah strategis pemerintah untuk memperluas potensi kerja sama perdagangan.
"Akses ini menciptakan peluang diversifikasi tujuan ekspor mineral kritis sehingga meningkatkan fleksibilitas bagi pelaku usaha," jelas Banjaran.
Selanjutnya: Perhapi, IMA, APBI Buka Suara Soal Syarat Lunas Tunggakan Pajak untuk Pengajuan RKAB
Menarik Dibaca: Hujan Sangat Deras Guyur Provinsi Ini, Cek Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (31/12)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













