Reporter: Grace Olivia | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berencana kembali menambah alternatif instrumen pembiayaan, yaitu melalui penerbitan obligasi diaspora atau diaspora bond.
Diaspora bond merupakan surat utang negara yang ditujukan untuk para investor Warga Negara Indonesia (WNI) yang berdomisili, bekerja, dan berkeluarga di luar negeri, maupun Warga Negara Asing (WNA) yang memiliki orang tua dari Indonesia.
Baca Juga: Kemenkeu siapkan skema penerbitan diaspora bond
Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Ifan Mohamad Ihsan menilai, penerbitan diaspora bond memiliki potensi yang cukup besar. Bukan hanya jumlah diaspora Indonesia yang makin meningkat, melainkan juga kondisi para diaspora umumnya cukup mapan, baik secara karir maupun finansial.
“Kondisi ini tentunya bisa dimanfaatkan pemerintah untuk menjaring basis investor baru terutama yang mungkin selama ini sudah memiliki keinginan juga untuk berinvestasi di Indonesia,” ujar Ifan kepada Kontan.co.id, Jumat (2/8).
Terkait denominasi obligasi yang paling ideal, pemerintah sebelumnya mengaku masih mengkajinya. Namun, Ifan berpendapat, denominasi dollar Amerika Serikat (AS) bisa jadi paling cocok lantaran berlaku secara global. Dengan begitu, semkain banyak diaspora dapat terjaring dan ukut berpartisipasi dalam instrumen tersebut.
Baca Juga: Penjualan SBR007 laris manis diburu investor generasi muda
Di sisi lain, penentuan denominasi diaspora bond bisa juga bergantung pada hasil pemetaan pemerintah terhadap keseluruhan diaspora Indonesia saat ini. “Misal mayoritas terbanyak di Eropa, tidak menutup kemungkinan penerbitan dalam denominasi euro juga akan banyak diminati,” lanjut Ifan.
Ifan menyarankan, pemerintah mengkaji penerbitan diaspora bond sambil membandingkan dengan keberhasilan negara lain menciptakan instrumen serupa, misalnya India.
Negeri Bollywood tersebut terbilang berhasil menggaet investor diaspora dengan menerbitkan obligasi bermata uang rupee. Ini juga tak terlepas dari jumlah diaspora India yang memang sangat banyak, terlihat dari pendapatan remitansi pada 2017 mencapai US$ 69 miliar.
Baca Juga: Penjualan SBR007 sesuai ekspektasi dan disokong investor muda
Berpandangan lain, ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih tak yakin jumlah diaspora Indonesia cukup besar untuk dijadikan basis penerbitan obligasi. Lantas, ia khawatir minat terhadap instrumen ini tidak akan begitu besar karena likuiditas yang tidak begitu tinggi.
“Kalau pasarnya ternyata kecil, otomatis likuiditasnya juga enggak besar. Kalau begitu maka bond tersebut jadi kurang menarik karena tidak likuid,” ujar Lana, Jumat (2/8).
Menurutnya, pemerintah lebih baik menambah penerbitan obligasi global berdenominasi rupiah seperti Komodo Bond untuk pasar luar negeri. Sebelumnya, penerbitan instrumen tersebut melampaui permintaan alias oversubscribed.
“Itu jelas terlihat kemarin penjualannya oversubscribed, artinya minat pasar masih besar. Jadi bagus kalau ditambah penerbitannya,” kata Lana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News