Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Mengutip kajian Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tahun 2010 melalui laman fiskal.kemenkeu.go.id, kebijakan redenominasi berpotensi membawa beberapa manfaat:
- Menyederhanakan sistem pembayaran tanpa menimbulkan dampak ekonomi signifikan, sekaligus menghemat biaya cetak uang bagi BI.
- Membuat rupiah lebih praktis dan efisien dalam transaksi. Nominal besar yang selama ini dianggap merepotkan akan berkurang.
Risiko dan Tantangan Redenominasi
Meski banyak keuntungan, redenominasi juga menyimpan risiko yang perlu diantisipasi:
- Money illusion atau ilusi nilai uang dapat terjadi. Karena nominal rupiah menjadi kecil, sebagian masyarakat bisa menganggap nilai uang menurun, yang berpotensi memicu inflasi (inflatoir effect). Oleh karena itu, kebijakan ini sebaiknya dijalankan saat inflasi rendah dan kurs rupiah stabil.
- Disiplin pelaku usaha menjadi kunci keberhasilan. Jika pengusaha dan pedagang menaikkan harga seenaknya, maka inflasi bisa melonjak, seperti yang pernah dialami Zimbabwe, di mana redenominasi justru memperparah krisis.
Tonton: Ekonom Celios: Redenominasi Butuh 10 Tahun Persiapan, Bukan Tergesa-gesa
Kesimpulan
Redenominasi rupiah bukanlah pemotongan nilai uang, melainkan penyederhanaan nominal agar lebih efisien, mudah dipahami, dan memperkuat citra rupiah.
Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada stabilitas ekonomi, kepercayaan masyarakat, dan kedisiplinan pelaku ekonomi dalam bertransaksi.
Sumber data:
- Berkas DPR – Info Singkat dan Ekonomi Publik Desember 2012
- Fiskal Kemenkeu – Kajian Redenominasi Rupiah 2010
- PMK Nomor 7 Tahun 2025 tentang Rencana Strategis Kemenkeu 2025–2029
Selanjutnya: Ramalan Robert Kiyosaki: Bitcoin Akan Naik ke US$ 250.000, Tapi Hati-Hati Crash Besar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













