Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - MAGETAN. Dusun Babadan, permata tersembunyi di Desa Kepuhrejo, Magetan, Jawa Timur, kini bersinar terang sebagai teladan dalam mendukung ketahanan pangan. Dusun pertanian ini berhasil mengadopsi konsep ekonomi sirkular yang mengantarkan warganya menyandang status sejahtera.
Kepala Dusun Babatan, Anton Budi Laksono bercerita mayoritas penduduk di dusun ini sejak dulu menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Namun, kini mereka tak lagi sekadar bertahan, melainkan meraih kemakmuran yang signifikan.
Dia mengatakan kesuksesan ini tak luput dari pelatihan intensif dan pendampingan berkelanjutan dari Pupuk Kaltim. Dan yang tak kalah penting, ada semangat dari kelompok pertanian dari Dusun Babadan untuk mau belajar dan tumbuh menjadi petani mandiri.
Dusun Babadan telah menjadi binaan Pupuk Kaltim sejak tahun 2021 lewat Program PKT BISA (Pertanian Kompos Terpadu untuk Babadan Inovatif dan Sejahtera). Program itu berhasil meningkatkan produktivitas pertanian di wilayah ini.
"Setelah Pupuk Kaltim ini masuk di sini, itu terkait dengan pertanian itu hasilnya meningkat, otomatis penambahan ekonomi petani juga meningkat," jelas Anton pada Kontan.co.id, Selasa (1/6).
Baca Juga: Kemenperin Ungkap Potensi dan Strategi Pengembangan Industri Alat Mesin Pertanian
Program PKT BISA dirancang membangun ekosistem pertanian berkelanjutan dan mendukung ketahanan pangan nasional. Petani difasilitasi akses hulu-hilir, mulai dari permodalan, bibit unggul, pupuk berkualitas, asuransi, hingga kepastian off taker.
Pupuk Kaltim melakukan pendampingan intensif terhadap kelompok usaha masyarakat yang awalnya baru ada kelompok kompos. Kini sudah ada lima kelompok usaha di dusun ini, yakni pertanian, peternakan, perikanan, kompos, dan UMKM. Kelimanya berada di bawah integrasi kelompok Babadan Makmur.
Anton menyebut jumlah penduduk Dusun Babatan mencapai lebih 1000 orang. Dari jumlah ini, mayoritas memang bekerja sebagai petani dan peternak. Dan sebagian kecil merupakan pegawai swasta hingga negeri.
Anton menuturkan pekerjaan sebagai petani di wilayahnya dahulu bersifat turun-temurun dengan hasil yang kurang maksimal. Petani umumnya hanya mengandalkan penjualan hasil panen mentah, sehingga keuntungan yang diperoleh relatif kecil dan tidak cukup untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Apalagi tanah di Dusun Babadan cenderung kurang subur karena teksturnya berpasir, sehingga kemampuan menyimpan air dan unsur hara menjadi rendah.
Namun, Anton menilai para petani di Dusun Babadan memiliki semangat tinggi untuk berubah. Melalui sejumlah pelatihan yang difasilitasi Pupuk Kaltim, mereka mulai mengadopsi pendekatan pertanian terpadu dari hulu ke hilir.
Kini, aktivitas pertanian di Dusun Babadan tak hanya sekadar menanam dan memanen, tetapi sudah berkembang menjadi sistem usaha terintegrasi. Para petani membentuk sejumlah kelompok usaha yang saling mendukung di bawah naungan Babadan Makmur.
Baca Juga: Ponorogo Menerapkan Berbagai Strategi untuk Genjot Infrastruktur Pertanian Padi
Konsep ini menerapkan prinsip ekonomi sirkular, di mana limbah satu sektor menjadi bahan baku sektor lain. Sebagai contoh, kotoran ternak dari Kelompok Peternakan digunakan oleh Kelompok Kompos sebagai bahan baku pupuk organik. Pupuk kompos ini kemudian dijual kembali ke petani setempat dengan harga lebih terjangkau dibandingkan pupuk kimia.
Sementara itu, Ade Maman Eriansyah, Ketua Poktan Babadan Makmur memaparkan bahwa Kelompok Kompos di Babadan mampu menghasilkan pupuk kompos yang cukup efektif meningkatkan PH tanah di Babadan yang sebelumnya kurang subur semakin rusak karena ketergantungan pada penggunaan pupuk kimia.
“Dulu PH Tanah di dusun ini sudah sempat di bawah 6%. Tetapi setelah mengadopsi penggunaan pupuk kompos, hasilnya PH tanah kini sudah sekitar 7%. Ini membuat produktivitas pertanian meningkat dan panen rata-rata bisa empats kali setahun. Dulu lahan yang susah ditanami padi karena berpasir, kini sudah subur dan berlumpur yang cocok ditanami padi berkat penggunaan pupuk organik,” paparnya.
Lebih lanjut, Anton menyampaikan bahwa petani yang tergabung di kelompok usaha yang ada di Babadan kini mendapatkan gaji tambahan dari kas usaha pertanian yang dikembangkan. "Jadi di sini untuk hal ekonomi ada peningkatan, terus untuk pekerja yang dulunya serabutan jadi bisa kerja harian yang pasti dengan ikut kelompok tani yang ada," ujarnya.
Saat ini, Anton menilai Dusun Babadan sudah menuju dusun mandiri yang tidak bergantung hanya kepada program pemerintah. Anton berharap Dusun Babadan ke depan bisa menjadi percontohan dusun lain.
Dia menekankan bahwa setiap program yang diberikan pemerintah memerlukan komitmen besar dari setiap masyarakatnya. Dengan begitu, program tersebut akan berjalan lebih optimal dan membuahkan hasil sesuai yang diharapkan untuk kesejahteraan masyarakat itu sendiri. "Karena sebagus apapun program, dan sebesar apapun anggarannya, kalau masyarakatnya tidak ada kepedulian maka program itu tidak akan jadi." tutupnya.
Selanjutnya: Unilever Hentikan Dana Yayasan Ben & Jerry’s, Ketegangan soal Audit dan Gaza Memuncak
Menarik Dibaca: 5 Manfaat Snail Mucin untuk Wajah, Benarkah Ampuh Mengatasi Jerawat?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News