kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.906.000   4.000   0,21%
  • USD/IDR 16.249   -5,00   -0,03%
  • IDX 7.047   42,07   0,60%
  • KOMPAS100 1.029   8,11   0,79%
  • LQ45 786   6,95   0,89%
  • ISSI 231   0,98   0,43%
  • IDX30 406   4,77   1,19%
  • IDXHIDIV20 470   5,25   1,13%
  • IDX80 116   1,04   0,90%
  • IDXV30 117   1,12   0,96%
  • IDXQ30 131   1,74   1,35%

Menakar Peluang Ekspor Indonesia ke Negara-Negara BRICS dan Timur Tengah


Kamis, 10 Juli 2025 / 16:06 WIB
Menakar Peluang Ekspor Indonesia ke Negara-Negara BRICS dan Timur Tengah
ILUSTRASI. Tarif Impor Suasana bongkar muat petikemas di Jakarta International Countainer Terminal (JICT), Jakarta, Rabu (9/7). Indonesia sedanga berusaha meningkatkan ekspor ke pasar non-tradisional di tengah tantangan tarif yang tinggi dari Amerika Serikat.


Reporter: Indra Khairuman | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indonesia sedanga berusaha meningkatkan ekspor ke pasar non-tradisional di tengah tantangan tarif yang tinggi dari Amerika Serikat.

Pemerintah akan fokus meningkatkan ekspor ke negara-negara BRICS, kawasan Timur Tengah, dan Amerika Latin. 

Peluang untuk meningkatkan ekspor terlihat pada komoditas unggulan yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Kemudian mempertimbangkan pentingnya dukungan dari diplomasi perdagangan dan perjanjian dagang untuk memperluas akses ke pasar.

Yusuf Rendy Manilet, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), mengungkapkan beberapa wilayah yang memiliki potensi besar bagi ekspor Indonesia.

Baca Juga: Ekspor Biji Kopi ke Negara Timur Tengah Alami Penurunan Imbas Konflik Israel-Iran

“Negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan), serta kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, khususnya negara-negara anggota OKI seperti Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Mesir,” ujar Yusuf kepada Kontan.co.id, Kamis (10/7).

Menurut Yusuf, negara-negara tersebut tidak hanya memiliki populasi penduduk yang besar, tapi juga pertumbuhan kelas menengah yang cepat.

Ia menjelaskan bahwa dalam tiga tahun terakhir, ekspor Indonesia ke kawasan tersebut menunjukkan tren yang positif.

“Ekspor non-migas ke UEA, misalnya, tumbuh sekitar 15% dalam periode 2021 hingga 2023,” jelas Yusuf.

Yusuf menegaskan bahwa pertumbuhan ini didorong oleh produk-produk makanan, fashion, dan perhiasan.

Baca Juga: Ekspor Biji Kopi ke Negara Timur Tengah Alami Penurunan Imbas Konflik Israel-Iran

Selain itu, ekspor ke Mesir juga meningkat, khususnya untuk produk pertanian seperti kopi, rempah-rempah, dan minyak kelapa sawit.

Ia juga menekankan potensi pasar di India, yang tetap menjadi tujuan utama untuk batu bara dan juga CPO. “Saya melihat peluang yang besar untuk mendorong produk hilir yang bernilai tambah,” kata Yusuf.

Di Afrika Selatan, meski nilai ekspornya masih belum terlalu besar, permintaan untuk produk otomotif, tekstil, dan elektronik ringan mulai menunjukkan peningkatan seiring dengan percepatan industri di negara tersebut.

Yusuf mengingatkan bahwa tidak semua produk cocok untuk semua pasar. “Kita harus cermat melihat kebutuhan masing-masing negara,” tegas Yusuf.

Baca Juga: Agresi Israel-AS Terhadap Iran dan Retorika Kosong Para Pemimpin Negara Timur Tengah

Di sisi lain, ia menjelaskan bahwa di kawasan Timur Tengah dan Afrika, produk halal seperti makanan, kosmetik, dan farmasi halal memiliki potensi yang besar.

Sedangkan, di pasar India dan Bangladesh, produk tekstil, alas kaki, dan elektronik rumah dengan harga terjangkau bisa menjadi unggulan. Yusuf juga menekankan pentingnya dukungan dari pemerintah.

“Pemerintah perlu mempercepat ratifikasi dan implementasi berbagai perjanjian dagang, baik yang bilateral seperti dengan Korea Selatan (IK-CEPA), maupun multilateral seperti perjanjian dengan Uni Eropa (IEU-CEPA),” ucap Yusuf.

Lebih lanjut, Yusuf juga menegaskan perlunya memperluas cakupan FTA atau PTA ke wilayah-wilayah yang strategis seperti Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin.

Baca Juga: Iran-Israel Memanas! AS Kirim Pesawat Pengisian Bahan Bakar ke Eropa dan Timur Tengah

“FTA tidak hanya soal menurunkan tarif, tapi juga memberi kepastian bagi pelaku usaha untuk mengakses pasar baru,” ungkap Yusuf.

Ia menekankan juga bahwa aktivitas perdagangan tidak bisa hanya berhenti di atas kertas perjanjian.

“Harus ada dukungan nyata lewat diplomasi dagang yang proaktif, kemudahan logistik, pembiayaan ekspor, dan yang tak kalah penting adalah penguatan citra produk Indonesia sebagai barang berkualitas dan berkelanjutan,” tambah Yusuf.

Selanjutnya: CGAR Pendapatan Trimitra Trans Persada (BLOG) Diproyeksikan Capai 12% Hingga 2029

Menarik Dibaca: 12 Cara Alami Mengatasi Asam Lambung Naik ke Kepala yang Bisa Picu Pusing

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×