kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.412.000   -13.000   -0,54%
  • USD/IDR 16.645   2,00   0,01%
  • IDX 8.612   -5,26   -0,06%
  • KOMPAS100 1.185   -4,75   -0,40%
  • LQ45 849   -5,56   -0,65%
  • ISSI 307   1,40   0,46%
  • IDX30 438   -1,12   -0,26%
  • IDXHIDIV20 508   -0,68   -0,13%
  • IDX80 132   -0,67   -0,50%
  • IDXV30 139   -0,07   -0,05%
  • IDXQ30 139   -0,10   -0,07%

Menakar Peluang BI Memangkas Suku Bunga Acuan Hingga 50 BPS Lagi


Kamis, 04 Desember 2025 / 05:30 WIB
Diperbarui Kamis, 04 Desember 2025 / 05:33 WIB
Menakar Peluang BI Memangkas Suku Bunga Acuan Hingga 50 BPS Lagi
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (kedua kiri) didampingi jajaran Deputi Gubernur BI memaparkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Kamis (20/6/2024). Bank Indonesia (BI) dinilai masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan (BI rate) hingga 50 basis poin (bps) lagi. ?


Reporter: Dendi Siswanto, Nurtiandriyani Simamora, Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) dinilai masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan (BI rate) hingga 50 basis poin (bps) lagi. 

Penilaian ini tertuang dalam laporan terbaru Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) berjudul OECD Economic Outlook, Volume 2025 Issue .

Sejak siklus pelonggaran dimulai pada Agustus 2024, BI rate telah turun dari 6,25% menjadi 4,75%. 

Baca Juga: BI dan The Fed Pangkas Suku Bunga, Prospek Arus Modal Asing ke Indonesia Menguat

Meski demikian, penurunan ini belum sepenuhnya tercermin pada suku bunga kredit perbankan dan imbal hasil obligasi korporasi, yang baru turun tipis sejak awal periode penurunan suku bunga.

OECD menilai kondisi inflasi yang stabil serta permintaan domestik yang berada di kisaran target membuka ruang pelonggaran tambahan. 

Lembaga ini memperkirakan BI masih bisa menurunkan bunga acuan sekitar 50 bps menuju level yang lebih akomodatif. 

Namun, OECD mengingatkan bahwa langkah tersebut tetap harus mengacu pada data dan mempertimbangkan risiko inflasi, terutama akibat depresiasi rupiah sekitar 3% terhadap dolar AS sejak awal tahun.

Dari sisi pasar, tekanan terhadap rupiah disebut meningkat dalam beberapa pekan terakhir. 

Baca Juga: BI Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 4,75%, Ruang Pelonggaran Masih Terbuka

Head of Macroeconomics and Financial Market Research Bank Mandiri, Dian Ayu Yustina, menyatakan volatilitas rupiah banyak dipengaruhi ketidakpastian arah kebijakan The Federal Reserve serta perubahan ekspektasi pemangkasan Fed Funds Rate (FFR). 

Menurutnya, pasar kini melihat peluang pemangkasan bunga The Fed semakin besar dan perkembangan ini perlu dicermati karena langsung berpengaruh terhadap nilai tukar.

Dian memperkirakan BI akan mempertahankan BI rate di level 4,75% hingga akhir tahun. Namun, peluang penurunan suku bunga lebih terbuka pada 2026. 

“Tahun 2026 kami perkirakan dua kali penurunan suku bunga,” ujarnya dalam Mandiri Macro and Market Brief 4Q25, Rabu (3/12).

Baca Juga: BI Pangkas Suku Bunga, Pasar Uang Turun Cepat, Kredit Masih Lambat

Dari internal BI, Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengonfirmasi bahwa ruang penurunan bunga memang masih ada seiring inflasi yang tetap rendah.

“Tetap data dependen dan mempertimbangkan kondisi global,” ujar Destry di Bursa Efek Indonesia (BEI), kemarin.

Selanjutnya: Pemerintah Mengkaji Pasok Makanan Haji dan Umrah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×