kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.912.000   -20.000   -1,04%
  • USD/IDR 16.444   163,00   0,98%
  • IDX 6.801   34,60   0,51%
  • KOMPAS100 984   5,09   0,52%
  • LQ45 763   1,75   0,23%
  • ISSI 216   1,20   0,56%
  • IDX30 397   1,35   0,34%
  • IDXHIDIV20 474   2,05   0,43%
  • IDX80 111   0,20   0,18%
  • IDXV30 115   -0,71   -0,61%
  • IDXQ30 130   0,67   0,52%

Membaca Peluang para Konglomerat Indonesia Pindahkan Aset ke Luar Negeri


Selasa, 29 April 2025 / 23:56 WIB
Membaca Peluang para Konglomerat Indonesia Pindahkan Aset ke Luar Negeri
ILUSTRASI. Ilustrasi gambar menunjukkan catatan bank AS seratus dolar diambil di Tokyo 2 Agustus 2011. REUTERS/Yuriko Nakao


Reporter: Adrianus Octaviano, Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

Terkait hal ini, jika melihat data pasar keuangan, sejumlah aset tampak mengalami penurunan, seperti Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) maupun reksadana. Per Februari 2025 tercatat KPD turun 6,65% sejak awal tahun menjadi Rp 279,62 triliun. 

Sementara itu, reksadana turun 1,01% sejak awal tahun menjadi Rp 479,65 triliun per 27 Maret 2025.

Meski demikian, jumlah simpanan perbankan untuk nomimal di atas Rp 5 miliar justru tumbuh 3,4% sejak awal tahun sampai Februari 2025. Selain itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan juga tercatat meningkat. DPK Perbankan tercatat tumbuh 5,75% secara tahun dan 1% sejak awal tahun.

General Manager Divisi Wealth Management PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBNI), Henny Eugenia mengungkapkan fakta berbeda dengan temuan Bloomberg bahwa aset nasabah Wealth Management di BNI justru tumbuh positif. 

Baca Juga: Konglomerat Indonesia Diduga Larikan Aset ke Luar Negeri, Ini Kata Ekonom

Dalam hal ini, ia membandingkan, tabungan segmen emerald yang tumbuh 16% dan juga Asset Under Management (AUM) investasi yang tumbuh 18% pada Maret 2025. 

Tak hanya itu, ia juga menyebutkan bahwa jumlah nasabah segmen emerald juga tumbuh 10% pada Maret 2025. Menurutnya, ini merupakan pertumbuhan tertinggi yang terjadi pada segmen private bank.

“Untuk satu tahun terakhir ini trennya masih dominan ke obligasi baik dari nasabah emerald maupun nasabah ritel, untuk reksadana saham saat ini masih terbatas kepada nasabah tertentu dengan profil yang lebih agresif,” jelasnya.

Hal senada juga diungkapkan Consumer Funding & Wealth Business Head Bank Danamon Ivan Adrian Jaya menegaskan pihaknya belum melihat adanya indikasi untuk kecenderungan pemindahan dana ke luar negeri. 

Sejak awal tahun sampai dengan Maret 2025, DPK Danamon masih bertumbuh secara kuartalan di kisaran 2% hingga 4%.

Tak hanya itu, Ivan juga  belum melihat adanya indikasi permintaan untuk memindahkan aset ke pasar keuangan di luar negeri. Ini tercermin dalam dana kelolaan wealth management Danamon yang sepanjang 2025 bertumbuh sebesar 10%, dengan pertumbuhan terbesar ada di produk obligasi. 

Baca Juga: Wujudkan Mimpi Pindah ke Luar Negeri dengan Tabungan Bebas Biaya Kolaborasi JKT48

Meski demikian, pihaknya memang melihat adanya penurunan pertumbuhan dana kelolaan reksadana yang dikarenakan sikap nasabah secara umum yang masih mencoba untuk wait and see di tengah gejolak pasar yang terjadi. 

“Namun arus dana masuk masih ada, seiring dengan valuasi yang menarik yang disebabkan oleh penurunan harga aset seiring volatilitas yang ada,” ujar Ivan.



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×