kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,25   6,92   0.77%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

McKinsey: Perusahaan yang terapkan inklusifitas & keragaman cenderung berkinerja baik


Kamis, 21 Mei 2020 / 14:22 WIB
McKinsey: Perusahaan yang terapkan inklusifitas & keragaman cenderung berkinerja baik
ILUSTRASI. McKinsey sebut perusahaan yang terapkan inklusifitas dan keragaman cenderung berkinerja lebih baik


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. McKinsey & Company dalam risetnya yang berjudul "Diversity Wins, how inclusion matters" menunjukkan perusahaan yang para pemimpinnya menerapkan sikap inklusif dan diversifikasi di saat seperti ini, memiliki ketahanan yang lebih kuat.

Perusahaan ditingkat teratas untuk keragaman gender dalam tim eksekutif mereka 25% lebih mungkin mengalami profitabilitas di atas rata-rata.

Baca Juga: Menyederhanakan Sistem Perpajakan di OnlinePajak

Sementara untuk perusahaan yang menjunjung tinggi keragaman etnis atau budaya di tim eksekutif mereka 36% lebih mungkin mengalami profitabilitas di atas rata-rata.

Selama lima tahun terakhir, kesenjangan telah melebar antara perusahaan yang cukup tinggi menerapkan kebijakan inklusifitas dan diversifikasi dengan yang rendah. Perusahaan yang berada di tingkat rendah dalam menerapkan keragaman jenis kelamin dan etnis 27% lebih mungkin memiliki laba yang buruk.

Di tengah kondisi Covid-19 yang cukup menantang bagi dunia bisnis, manajemen ikut menghadapi tantangan dalam kepemimpinannya dan seberapa mudahnya upaya inklusif dan diversifikasi menjadi penyokong.

Penelitian ini dilakukan pada lebih dari 1.000 perusahaan di 15 negara. Di dalamnya termasuk data keberagaman dalam jajaran di dewan direksi serta dinamika dalam menghadapi masalah di setiap perusahaan yang tentunya berbeda.

Baca Juga: Pemerintah Turun Tangan Usut Kebocoran Data Tokopedia

Sebelumnya, McKinsey telah membuat riset pada tahun 2015 bertajuk 'Why Diversity Matters' dan 'Delivering Through Diversity' pada tahun 2018.

Kedua laporan tersebut menunjukkan strategi dari lima perusahaan dengan kinerja terbaik dan bagaimana korelasi kebijakan diversifikasi dan inklusif dengan pertumbuhan nilai perusahaan.

Setelah melakukan analisa dalam lima tahun, penelitian menunjukkan pertumbuhannya lambat.

Meskipun banyak perusahaan yang menunjukkan komitmen tinggi dalam diversifikasi dan inklusif, kenyataannya belum banyak dirasakan oleh kaum perempuan dan minoritas lainnya di tempat kerja.

Hanya sepertiga dari perusahaan yang ditinjau telah memberikan peluang bagi kaum minoritas.

Bahkan di perusahaan yang karyawannya memberi tanggapan positif mengenai keragaman di tempat kerja, mereka tetap masih mengalami sentimen negatif dalam hal inklusif.

Banyak perusahaan yang menjunjung tinggi keberagaman, gagal mengolah ruang kerja di mana semua karyawan dapat berkontribusi penuh sehingga kehilangan manfaat keberagaman.

Baca Juga: Momok Krisis Pangan di Tengah Pandemi Corona

Dus, untuk membuat kemajuan nyata, perusahaan perlu mengambil tindakan tegas dan terpadu dalam hal inklusifitas.

"Lagi-lagi, penelitian menunjukkan saat mengenyampingkan peningkatan diversifikasi dan sikap inklusif, banyak perusahaan kehilangan kesempatan untuk meningkatkan laba mereka," jelas Co-author and McKinsey's UK and Ireland Managing Partner Dame Vivian Hunt dalam rilis yang diterima Kontan, Selasa (21/5).

Meskipun antusiasme perusahaan cukup besar untuk meningkatkan inklusifitas dan keberagaman, upaya ini masih tidak dirasakan oleh para karyawannya. Maka, para direksi ataupun manajer membutuhkan banyak tekad dan ketangguhan dalam meningkatkan inklusifitas dan keberagaman dalam menuju new normal.

Sementara itu Co-author and McKinsey Partner Sara Prince menjelaskan penelitian ini menunjukkan pentingnya inklusifitas dalam membedakan perusahaan yang membuat progres dan tidak. 

Perusahaan yang mampu bersikap inklusif berhasil menciptakan kondisi yang membuat karyawannya termotivasi tinggi, mendorong banyak inovasi, membuat keputusan yang lebih cepat dan memiliki bisnis yang bertahan untuk jangka waktu yang lebih lama dengan karyawan terbaik.

"Dalam hal ini, fokus inklusi bukan hanya naluri bisnis yang baik, tetapi juga menjadi alat penting dalam bertahan dan inovasi untuk terus bertahan," jelas dia.

Baca Juga: Haryanto Budiman dan Hendra Lembong sah jadi anggota direksi BBCA, ini profil mereka

Dus perusahaan bisa mengupayakan sikap inklusif dan menerapkan keberagaman dengan memastikan bahwa representasi perusahaan berasal dari karyawan yang beragam. Selain itu, memperkuat kemampuan pemimpin bersikap inklusif dan meminta pertanggungjawaban para pemimpin perusahaan dalam metrik keberagaman.

Serta meningkatkan inklusifitas dengan memungkinkan adanya kesetaraan, promosi terbuka bagi karyawan dan mengupatkan rasa kepemilikan.  Ini dapat diimplementasikan dengan memperkuat budaya inklusi, kerja gesit, melacak kepemimpinan inklusif bersama metrik komersial lainnya, dan kebijakan tanpa toleransi terhadap perilaku diskriminatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×