Reporter: kompas.com | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Video yang menampilkan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebut gaji guru sebagai beban negara viral belakangan ini. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menegaskan bahwa video itu adalah hoax, hasil rekayasa deepfake. Apa itu deepfake?
Kemenkeu mengklarifikasi unggahan video yang menampilkan Menkeu Sri Mulyani menyebut gaji guru sebagai beban negara. Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu, Deni Surjantoro mengatakan, video yang beredar di media sosial itu tidak benar. "Itu hoax," ucapnya, dikutip dari Kompas.com, Selasa (19/8/2025).
Menurut Deni, video tersebut adalah hasil rekayasa deepfake. Pelaku mengedit video Sri Mulyani yang tengah berpidato di Forum Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia di ITB, Kamis (7/8/2025).
Kemudian mengeditnya menggunakan kecerdasan buatan (AI). "Faktanya, Menteri Keuangan tidak pernah menyatakan bahwa Guru adalah Beban Negara. Video tersebut adalah hasil deepfake dan potongan tidak utuh dari pidato Menkeu," terang Deni.
Lantas, apa itu deepfake dan bagaimana cara membedakannya?
Dikutip dari BBC, deepfake adalah video, gambar, atau klip audio yang dibuat atau direkayasa dengan kecerdasan buatan agar terlihat nyata. Video ini dibuat untuk merekayasa kejadian palsu agar tampak seperti kejadian nyata.
Beberapa tokoh pernah menjadi korban deepfake, seperti mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, CEO Meta Mark Zuckerberg, hingga Presiden ke-7 RI, Joko Widodo. Deepfake bisa dibuat oleh semua orang, mulai dari peneliti akademis, industri, atau hanya sekadar penggemar biasa.
Ada kalanya, pemerintah juga berpotensi ikut campur dalam membuat teknologi ini sebagai bagian dari strategi daring untuk mendiskreditkan dan mengganggu kelompok ekstremis, atau menghubungi individu yang menjadi target.
Baca Juga: Update Terbaru Agustus 2025! Harga iPhone 16 Series Turun Hingga Rp 3 Juta
Mengapa deepfake berbahaya?
Deepfake dapat digunakan oknum tertentu untuk menggambarkan informasi palsu yang sengaja disebarkan ke publik, demi tujuan tertentu. Jika korban deepfake merupakan orang terkenal atau politisi yang mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah mereka katakan, hal itu bisa menyesatkan orang.
Teknologi deepfake bisa mengubah cara orang memilih dan membuat keputusan penting. Dikutip dari We Forum, deepfake juga bisa digunakan untuk menargetkan dan melecehkan individu.
Bentuk pelecehan yang paling ekstrem adalah pembuatan konten pornografi non-konsensual. Biasanya, artis-artis ternama yang menjadi korbannya. Bentuk pelecehan ini memiliki dampak sosial yang lebih luas.
Sejumlah negara mengusulkan undang-undang baru yang secara khsuus menangani bentuk pelecehan ini. Di Indonesia misalnya, pemerintahnya memberlakukan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) untuk mengatasi kasus tersebut.
Bahaya lainnya dari deepfake adalah serangan rekayasa sosial. Deepfake bisa digunakan untuk mengeksploitasi manusia dan teknologi. Sebagai contoh, seorang peretas bisa menggunakan AI untuk menirukan suara anggota keluarga dan menggunakannya untuk mencoba menipu orang lain.
Jenis penipuan ini semakin marak sehingga mendorong organisasi seperti Komisi Perdagangan Federal AS (FTC) untuk mengeluarkan peringatan konsumen.
Baca Juga: Update Agustus 2025, Harga iPhone 16 Turun Rp 3 Juta, iPhone 15 Turun Rp 4 Juta
Cara membedakan video deepfake dengan asli
Sayangnya, video deepfake cukup realistis sehingga sangat sulit untuk membedakannya dengan video asli. Pada 2018, peneliti di AS menemukan bahwa wajah hasil deepfake tidak bisa berkedip secara normal.
Awalnya, temuan ini tampak seperti solusi dan cara paling mudah untuk membedakan video deepfake dengan video asli. Namun, tak lama setelah penelitian dipublikasikan, video deepfake yang menampilkan wajah dengan mata berkedip seperti normal pun muncul.
Menurut pakar disinformasi BBC, Marianna Spring, berikut ini cara sederhana bagi masyarakat untuk mengenali video deepfake sehingga terhindar dari bahayanya:
- Perhatikan jari dan wajah orang dalam video. Apakah matanya terlihat sama seperti di gambar lain? Apakah jumlah jarinya sudah tepat?
- Lakukan pengecekan fakta dengan mencari kapan dan di mana kejadian dalam video diambil
- Perhatikan gerakan di obyek di dalam video, apakah orang tersebut terlihat seperti bergerak seperti kartun, alih-alih manusia sungguhan.
- Khusus untuk deepfake yang berkualitas buruk, mungkin Anda akan lebih mudah mengenalinya. Misalnya dengan memperhatikan sinkronisasi bibir atau warna kulit yang tidak merata.
- Detail lain seperti rambut halus juga bisa menjadi petunjuk. Rambut halus sangat sulit dirender dengan baik oleh deepfake, terutama di bagian poni yang terlihat helaian rambutnya.
- Kemudian, perhiasan dan gigi yang dirender dengan buruk juga bisa menjadi tanda video deepfake.
- Begitu pun dengan efek pencahayaan yang aneh, misalnya pencahayaan dan pantulan yang tidak konsisten pada iris.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Video Sri Mulyani yang Sebut Gaji Guru Beban Negara Ternyata "Deepfake", Apa Itu?", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/tren/read/2025/08/20/134500065/video-sri-mulyani-yang-sebut-gaji-guru-beban-negara-ternyata-deepfake-apa?page=all#page2
Tonton: Pertemuan BRICS Pekan Ini, India Ajak Rusia Tinggalkan Dolar AS
Selanjutnya: Cek Cara Mengembalikan Foto yang Terhapus Permanen di HP Tanpa Aplikasi Berikut
Menarik Dibaca: Cek Cara Mengembalikan Foto yang Terhapus Permanen di HP Tanpa Aplikasi Berikut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News