CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.482.000   -35.000   -2,31%
  • USD/IDR 15.800   -121,00   -0,77%
  • IDX 7.322   55,53   0,76%
  • KOMPAS100 1.120   5,81   0,52%
  • LQ45 885   5,41   0,62%
  • ISSI 222   1,93   0,88%
  • IDX30 453   1,57   0,35%
  • IDXHIDIV20 545   1,27   0,23%
  • IDX80 128   0,70   0,54%
  • IDXV30 137   1,60   1,18%
  • IDXQ30 151   0,42   0,28%

Masyarakat Kelas Menengah Indonesia Banyak Turun Kasta, Ini Pemicunya


Kamis, 29 Agustus 2024 / 16:55 WIB
Masyarakat Kelas Menengah Indonesia Banyak Turun Kasta, Ini Pemicunya
ILUSTRASI. Pengunjung memilih pakaian yang dijual saat diskon akhir tahun di Mal Ciputra Jakarta, Rabu (29/12/2021). Tertekannya sektor manufaktur menjadi salah satu pemicu banyak masyarakat kelas menengah turun kasta di periode kedua Jokowi.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Menurunnya kinerja sektor manufaktur ternyata menjadi salah satu penyebab 9,48 juta kelas menengah turun kasta.

Badan Pusat Statistik mencatat, pada 2019 masyarakat kelas menengah mencapai 57,33 juta, jumlah tersebut terus menurun dalam lima tahun terakhir, hingga mencapai  47,85 juta pada 2024, atau turun 9,48 juta orang.

Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Raden Pardede, menengakui jumlah masyarakat kelas menengah di periode kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo mengalami penurunan atau pada 2019-2024.

Baca Juga: 10 Tahun Pemerintahan Jokowi, Kelas Menengah Rentan Jatuh Ke Jurang Kemiskinan

Masyarakat kelas menengah mengalami turun kelas lantaran terdampak pandemi Covid-19. Sementara itu, saat pandemi berlangsung pemerintah paling banyak menggelontorkan anggaran untuk masyarakat kelas bawah.

“Kelas menengah pilarnya adalah sektor manufaktur dan formal sektor yang produktivitasnya relatif tinggi. Persoalannya adalah akhir-akhir ini sektor manufaktur agak tertekan, tertinggal akibat dari China dan lainnya,” tutur Raden dalam agenda bertemakan ‘Optimisme Baru Pembangunan Ekonomiera Pemerintahan Prabowo – Gibran,’ Kamis (29/8).

Permasalahan lainnya, penciptaan lapangan kerja akhir-akhir ini lebih banyak di sektor informal, dan sektor yang minim produktivitas.

Baca Juga: Prioritas Bergeser, Pengeluaran Kelas Menengah untuk Beli Rumah dan Makanan Turun

Maka dari itu, Raden berharap, penciptaan lapangan kerja ke depannya lebih banyak ada di sektor formal, khususnya pada industri manufaktur.

“Ke depan seperti apa strateginya? Kita harus masuk ke sektor yang lebih produktif, formal, dalam hal ini adalah sektor manufaktur,” ungkapnya.

Di samping itu, ia berharap juga pendapatan yang diterima masyarakat di sektor manufaktur bisa meningkat, atau tidak lagi sebesar US$ 5.000 per kapita.

Para pekerja di sektor manufaktur diharapkan bisa mencapai US$ 20.000 hingga US$ 30.000 per kapita.

Baca Juga: Untungkan Kelas Atas, Sri Mulyani Ingin Insentif Pajak Jangkau Menengah Bawah

Untuk diketahui, indeks manufaktur atau Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur Indonesia merosot ke level 49,3 atau berada pada level kontraksi pada Juli 2024 atau turun 1,4 poin dari bulan sebelumnya.

Artinya, PMI Manufaktur Indonesia kembali terkontraksi di bawah level 50 setelah terakhir kali pada Agustus 2021 saat masa pandemi. Di mana pada saat itu PMI Manufaktur berada di level 43,7.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×