kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lockdown dan pandemi corona di mata orang jelata


Senin, 30 Maret 2020 / 07:15 WIB
Lockdown dan pandemi corona di mata orang jelata


Reporter: Barly Haliem | Editor: Sandy Baskoro

-Herman, pria berusia 47 tahun berprofesi sebagai cleaning service di salah satu kantor di Jakarta. Pria anak satu yang tinggal di kawasan Kebayoran, Lama, Jakarta Selatan ini berasal dari Majenang, Cilacap, Jawa Tengah.

Tentang wabah corona: “Saya mengikuti perkembangannya. Hal yang bisa saya lakukan adalah pencegahan. Misalnya pake masker, cuci tangan. Kebetulan sebagai muslim kan selalu wudlu untuk shalat lima waktu. Jadi saya merasa masih terjaga. Cara jaga kebersihan ini yang suka saya kasih tahu ke anak istri ada di kampung, mereka yang saya awasi, tidak boleh lagi main-main ke mal. Karena penyebarannya kan cepat sekali.“

Tentang rencana lockdown: “Saya sebagai pegawai yang dapat gaji tidak merasa dampaknya. Tapi bagaimana dengan yang lain yang penghasilannya dari kerja di luaran dan tidak punya gaji tetap? Harus dipikirkan pemerintah. Kalau bisa sih jangan ada lockdown, karena akan bikin susah. Saya juga tidak bisa pulang kampong. Kalau boleh usul, minta lebih banyak diberitakan penanganan corona bagi masyarakat. Bagaimana cara menjaga diri dan apa yang harus dilakukan orang masyarakat. Seperti kampanye. Kan masih sedikit informasi dari pemerintah.”

-Rachel, perempuan berumur 22 tahun ini berprofesi sebagai resepsionis perusahaan media. Wanita ini tinggal di kawasan Rawa Belong, Jakarta Barat.

Tentang wabah corona: “Takut berlebihan sama corona sih tidak. Tapi saya berusaha menjaga kesehatan. Apa pun yang namanya penyakit dan sakit pasti tidak enak. Oleh karena itu, saya menjalankan prosedur pencegahan. Pakai masker, cuci tangan dan menggunakan hand sanitizer jika diperlukan. Yang penting juga tidak panik.”

Tentang rencana lockdown: “Saya belum melihat pentingnya lockdown karena seharusnya perlu dikaji lebih dalam tentang efeknya. Saya kira, apa yang sudah dilakukan saat sudah bagus, dengan pembatasan orang dan pembatasan ruang gerak. Saya hanya memikirkan dampak terhadap orang-orang yang selama ini mencari penghasilan non-formal. Mereka akan terganggu. Jika ada perlindungan terhadap bahan makanan dan tidak mengurangi penghasilan, pelaksanaan isolasi bisa dipertimbangkan.”

-Nurtapiah. Wanita berusia 26 tahun ini berprofesi sebagai sekretaris direktur di sebuah perusahaan di Jakarta Barat. Saat ini  dia tinggal di wilayah Halim, Jakarta Timur.

Tentang wabah corona: “Terus terang saya khawatir ya. Karena kan dampaknya fatal begitu meskipun dari sisi persentase kematian terbilang rendah. Cuma karena penyebarannya cepat sekali itu yang bikin cemas. Apalagi saya sedang hamil anak pertama. Upaya preventif yang saya lakukan, sama seperti yang lain-lain. pakai masker, jaga kebersihan dan membatasi kontak dengan orang lain. termasuk mengikuti work from home.

Tentang  rencana lockdown: “Saya sih berharap tidak. Susah cari makanan dan enggak bisa ke mal, haha.”




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×