kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lockdown dan pandemi corona di mata orang jelata


Senin, 30 Maret 2020 / 07:15 WIB
Lockdown dan pandemi corona di mata orang jelata


Reporter: Barly Haliem | Editor: Sandy Baskoro

-Suhudin, pria berusia 49 tahun, asal Cirebon, Jawa Barat. Setiap malam ia berdagang jahe susu dan kacang rebus di depan perumahan Serpong Green Park, Serua, Ciputat Tangerang Selatan.

Tentang wabah corona: “Saya tahu ada corona, sering lihat di televisi. Tapi saya tidak takut. Corona cuma dibesar-besarkan. Yang kena orang kayak karena kan asalnya dari luar negeri. Janganlah suka menakut-nakuti rakyat seperti itu. Saya tidak peduli. Kalau memang sudah waktunya mati, ya mati. Hidup mati di tangan Tuhan.”

Tentang lockdown: “Saya pernah dengar-dengar dikit tapi saya tidak peduli. Tidak ada untungnya. Sekarang orang rame-rame ngomong corona. Hasilnya apa? Sekarang harga jahe merah mahal sekali. Jadi Rp 130.000 per kg. Sebelumnya Rp 60.000 per kg. Sekarang paling cuma bisa dagang 2 kg, tadinya 5 kg. Mana untungnya? Saya gak bisa naikin harga. Coba, memang ada yang peduli? Mereka yang punya duit enak, bisa beli makanan. Orang seperti saya, apa yang bisa diperbuat?“

-Hendra, pria umur 53 tahun, penjaga ruko dan tukang parkir di Pos Pengumben, Jakarta Barat. Pria ini berasal dari Rangkasbitung, Lebak, Banten. Saat ini tinggal dan mengontrak di kawasan Joglo, Jakarta Barat. 

Tentang wabah corona: “Kenapa harus takut sama penyakit? Corona itu ciptaan Allah dan semua penyakit ada obatnya. Masa hanya gara-gara penyakit, kita dilarang berjamaah? Justru harusnya saat seperti ini kita banyak ibadah dan berdoa, bukan malah menjauhi masjid.”

Tentang lockdown: “Buat apa? Saya tidak setuju. Sekarang saja semuanya sepi.  Saya biasanya dapet Rp 70.000. Sekarang boro-boro, dapat Rp 30.000 saja sudah syukur. Terus, ya, sesame manusia sekarang jadi jauh. Sekarang orang kasih duit parker pake dilempar, tidak mau sentuhan. Seolah-olah saya penyakitan. Kalau lockdown, bisa berantem antar orang. Lockdown itu menguntungkan yang kaya. Mereka bisa borong sembako, kita tidak. Padahal yang banyak kena sakit golongan kaya. Jadi tolonglah, jangan kita yang kecil-kecil dibawa-bawa.”

-Abas, usia 44 tahun dan berprofesi sebagai penjahit dan ojek online. Pria ini berasal dari Ciomas, Bogor. Saat ini tinggal di Kelapa Dua, Jakarta Barat.

Tentang wabah corona: “Saya ikuti perkembangan berita corona. Khawatir juga sama sama efeknya. Kan cepat banget penularannya. Apalagi kita enggak  tahu seperti apa bentuknya. Kalau tahu kan mungkin lebih mudah dihadapi. Makanya yang bisa dilakukan ya antisipasi sebaik mungkin. Minimal cuci tangan, bersih muka dan sekarang tidak boleh salaman. Kalau boleh saran, berita-berita dan media massa juga janganlah besar-besarin berita corona. Bikin takut dan bingung. Kita jadi enggak bisa bergerak. Kan ekonomi jadi susah juga. Terus kalau enggak ada penghasilan bagaimana? Sebaiknya media berita kan saja cara pencegahan yang benar. Terus menularnya bagaimana. Kasih informasi yang berharga ke masyarakat.”

Tentang lockdown: “Saya juga ikuti berita rencana lockdown. Sebaiknya jangan, kasihan rakyat kecil. Makanya dari mana? Emang ada jaminan kita dikasih? Orang-orang yang punya duit enak bisa beli-beli barang, borong dan timbun makanan. Ini sakitnya orang kaya, yang suka ke luar negeri tapi kita yang kecil yang dikorbankan. Orang kecil tidak bisa. Itu saja kemarin kebijakan Gubernur Jakarta yang batasi angkutan saja, semua orang jadi susah. Antrinya panjang. Terus terang, tidak ada lockdown saja saya sudah sulit cari duit. Biasanya dari ngojek online, bisa dapat tambahan Rp 200.000. Sekarang? Bisa dapet Rp 50.000 saja udah untung. Sepi banget. Kalau lockdown, sudah enggak bisa ngojek, saya juga enggak bisa pulang tiap minggu jenguk anak istri di Bogor.”




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×